Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
Selanjutnya, dalam forum "Transforming Challenge into Action: Expanding Health Coverage for All", Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa terkait cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage (UHC), Kemenkeu berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui belanja pendidikan dan kesehatan. Investasi pada pendidikan dan kesehatan harus dilakukan sejak dini, terutama untuk Indonesia dengan dividen demografi.
"Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia mengalokasikan anggaran yang cukup besar melalui mandatory spendings untuk pendidikan dan kesehatan," tegasnya.
Lebih lanjut, implementasi UHC dengan rate of return yang cukup tinggi akan membutuhkan biaya yang cukup besar. Salah satu dukungan fiskal terkait UHC adalah pemberian subsidi asuransi kesehatan untuk rumah tangga yang rentan. Selain itu, dukungan fiskal juga diberikan untuk reformasi sisi suplai pelayanan kesehatan.
Menurutnya, masalah utama dalam sektor kesehatan terutama terkait dengan suplai pelayanan kesehatan yang masih terbatas dan kualitas pelayanan kesehatan yang beragam. Oleh karena itu, reformasi sangat penting untuk mendorong ketersediaan dan menyamakan kualitas layanan kesehatan di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Selamatkan Rupiah, Wamenkeu Minta Eksportir Simpan DHE SDA di Dalam Negeri
Dalam berbagai agenda utama seperti "International Monetary and Financial Committee Early Warning Exercise (EWE)", Mantan direktur Bank Dunia ini mengatakan bahwa peningkatan tensi geopolitik yang terjadi saat ini telah menciptakan lanskap ekonomi global yang kompleks.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan mengalami tekanan, terutama diakibatkan kenaikan suku bunga yang meningkatkan biaya pinjaman. Disamping itu, tekanan terhadap utang, terutama di negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah, akan semakin diperparah dengan peningkatan arus modal keluar dan depresiasi nilai tukar," kata Sri Mulyani.
Lebih lanjut, Ia menyampaikan dinamika politik global berpotensi meningkatkan instabilitas sosial politik. Di samping itu, Ia juga menekankan kepada para pembuat kebijakan akan pentingnya menyusun kebijakan dengan penuh kehati-hatian sehingga dapat menjaga dan meningkatkan kepercayaan ekonomi.
Selanjutnya pada agenda "International Monetary and Financial Committee Breakfast Meeting", Sri Mulyani mengingatkan akan pentingnya mengelola keterbatasan ruang fiskal di tengah kenaikan belanja sosial dan manajemen utang.
Menkeu menyerukan empat prioritas strategis antara lain mendorong persatuan global yang damai dan resolusi bersama, menyediakan dukungan fiskal kepada yang membutuhkan, menjaga stabilitas makroekonomi, dan reformasi struktural untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Agenda utama lainnya yang dihadiri oleh Sri Mulyani adalah "Development Committee Meeting". Dalam kegiatan tersebut, dia menyambut baik kemajuan yang dicapai menuju terciptanya Grup Bank Dunia (WBG) yang lebih besar, lebih baik dan lebih berani (bigger, better, bolder) melalui Peta Jalan Evolusi Grup Bank Dunia (World Bank Group Evolution Roadmap).
Sri Mulyani menyampaikan bahwa Bank Dunia harus lebih percaya diri untuk menetapkan target ambisius untuk evolution deliverables pada fase berikutnya. Bank Dunia dan IMF harus mempertahankan momentum reformasi dan memastikan reformasi tersebut menghasilkan peluang nyata bagi negara-negara emerging market dan negara berkembang.
Harapan besar disampaikan Menkeu untuk implementasi Global Challenges Programs dan Knowledge Compact yang mengutamakan kebutuhan dan kondisi klien.
Baca Juga: Sri Mulyani Siapkan Strategi untuk Selamatkan Rupiah Imbas Konflik Iran-Israel
Satu hal besar yang disoroti secara kuat oleh Menkeu Sri Mulyani Indrawati yaitu pricing (cost of borrowing) Bank Dunia yang terlalu mahal dibandingkan MDBs sejawat lainnya saat ini. Selain itu, disinggung juga mengenai pentingnya penambahan kapasitas keuangan Bank Dunia dan penguatan kepentingan dan keterwakilan anggota.
Sri Mulyani menyampaikan keyakinannya bahwa peningkatan modal yang sejalan dengan tinjauan kepemilikan saham, akan memperkuat legitimasi dan tata kelola Bank Dunia di saat lembaga-lembaga global tepercaya sangat dibutuhkan keberadaannya.
Terakhir, Menkeu Sri Mulyani Indrawati menghadiri pertemuan IMF Fiscal Forum sebagai panelis bersama dengan Menkeu Chile, Deputi Pertama Direktur Pelaksana IMF dan Wakil EU. Dalam kesempatan tersebut Sri Mulyani menyampaikan efektivitas sekaligus tantangan dalam mempertahankan kedisiplinan fiskal di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News