kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%

Pendanaan Koperasi Desa Perlu Skema Hati-hati, Dibayangi Risiko Tinggi


Senin, 28 April 2025 / 10:49 WIB
Pendanaan Koperasi Desa Perlu Skema Hati-hati, Dibayangi Risiko Tinggi
Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi saat peluncuran situs Kopdes Merah Putih di Jakarta (21/4/2025). 


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) diminta berhati-hati dalam menentukan skema pendanaan untuk Koperasi Desa Merah Putih. Tiga skema pendanaan yang tengah dikaji pemerintah dinilai memiliki risiko yang cukup tinggi.

Tiga skema tersebut meliputi: pertama, pendanaan menggunakan dana publik (public fund); kedua, pinjaman melalui Himpunan Bank Milik Negara (Himbara); dan ketiga, pemanfaatan skema transfer ke daerah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa saat ini pemerintah sedang melakukan koordinasi untuk mengidentifikasi sumber anggaran. Pendanaan tersebut dapat berasal langsung dari dana publik atau dari aktivitas ekonomi di tingkat desa.

Baca Juga: Zulhas Jadi Ketua Satgas, Pemerintah Siapkan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih

Namun, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai ketiga skema tersebut mengandung risiko serius. 

Ia menjelaskan, pendanaan dari dana publik memang lebih cepat dieksekusi, namun berpotensi membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta membuka peluang moral hazard.

"Ini jalan pintas yang seharusnya dihindari. Jika terpaksa digunakan, pendanaan harus diikat pada kinerja koperasi melalui skema matching grant berbasis target dan evaluasi berkala, bukan sekadar hibah," ujar Yusuf kepada KONTAN, Minggu (27/4).

Yusuf juga menilai skema pinjaman melalui Himbara dapat menimbulkan tekanan politik kepada perbankan untuk menyalurkan kredit kepada koperasi yang tidak layak, sehingga berisiko menurunkan kualitas aset perbankan. 

Adapun skema transfer ke daerah dinilai paling rentan, karena perbedaan kapasitas antar daerah dapat meningkatkan risiko salah sasaran dan korupsi.

Baca Juga: CORE Sebut Kajian 3 Skema Pendanaan untuk Koperasi Desa Merah Putih Tinggi Risiko

Sebagai solusi, Yusuf menyarankan agar pemerintah mensyaratkan transfer berbasis kinerja daerah, memperkuat fungsi audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta memberikan sanksi fiskal yang tegas kepada daerah yang gagal mengelola dana.

Sementara itu, Ekonom Bright Institute Awalil Rizky juga menyampaikan keraguannya terhadap ketiga skema pendanaan tersebut. Ia menilai terdapat keterbatasan ruang fiskal untuk mendanai proyek ini, serta kesiapan daerah yang dinilai masih minim.

Awalil mengusulkan agar pemerintah menjalankan ide pembentukan koperasi desa secara bertahap, diawali dengan kajian akademik yang mendalam. 

Menurutnya, perlu ada kejelasan terkait jumlah koperasi, wilayah operasional, serta sektor atau bidang usaha yang akan dikelola.

Baca Juga: Sri Mulyani Kaji Tiga Skema Pendanaan Koperasi Desa Merah Putih

Ia juga mengingatkan bahwa narasi koperasi desa yang akan mengelola banyak sektor menunjukkan bahwa ide tersebut belum didasarkan pada kajian teknokratis dan laporan kondisi riil perekonomian desa.

Selanjutnya: Risiko Pelebaran CAD hingga Pelemahan Rupiah

Menarik Dibaca: Resep Mangut Lele Ala Mbah Marto Jogja yang Legendaris, Pedas Gurihnya Nendang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×