Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah pemerintah Indonesia membuka kembali negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS) dinilai sebagai strategi penting untuk menjaga daya saing ekspor nasional, terutama di tengah ketatnya persaingan kawasan Asia Tenggara.
Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, mengatakan Indonesia perlu segera menyesuaikan kebijakan agar tidak tertinggal dari negara-negara tetangga yang sudah lebih dulu bernegosiasi tarif bea masuk 0% dari AS.
“Kita mau tidak mau harus adaptif dengan perkembangan agar bisa dapat tarif 0% untuk beberapa komoditas. Kalau kita tidak menyesuaikan, daya saing kita bisa menurun, terutama untuk komoditas seperti kelapa sawit yang bersaing langsung dengan Malaysia,” ujar Myrdal kepada Kontan, Kamis (30/10/2025).
Menurutnya, penyesuaian kebijakan perdagangan ini sangat krusial karena jika tidak dilakukan, kinerja ekspor Indonesia ke AS bisa melemah dan berdampak langsung terhadap neraca dagang.
Baca Juga: Kembali Negosiasi dengan AS, Pemerintah Targetkan Tarif 0% untuk Komoditas Unggulan
“Biasanya neraca dagang kita dengan AS bisa surplus minimal US$ 1 miliar, tapi kalau tarif ini tidak disesuaikan, bisa berkurang dari itu,” jelasnya.
Myrdal menilai langkah diplomasi ekonomi yang ditempuh pemerintah akan menjadi kunci penguatan posisi ekspor nonmigas Indonesia, di tengah upaya negara-negara Asia Tenggara memperbesar akses pasar ke AS.
Sebelumnya, dalam kebijakan perdagangan yang berlaku, AS mengenakan tarif resiprokal sebesar 19% terhadap Malaysia, Thailand, dan Kamboja, serta 20% terhadap Vietnam.
Namun pada Minggu (26/10/2025), Gedung Putih mengumumkan rencana meninjau ulang daftar produk tertentu yang berpotensi memperoleh tarif 0% bagi mitra dagang “aligned partners.”
Baca Juga: Pemerintah Masih Berupaya Dapatkan Kesepakatan Tarif Impor Nol Persen ke AS
Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia akan memulai negosiasi lanjutan dengan AS pada November 2025, usai pelaksanaan APEC Meeting.
“Sebagian besar sih kita juga sudah selesaikan, namun masih ada legal drafting yang kita sedang bahas dengan mereka,” jelas Airlangga, Rabu (29/10/2025).
Airlangga menambahkan, pemerintah menargetkan tarif 0% untuk beberapa komoditas unggulan yang tidak diproduksi di AS, seperti kelapa sawit, kakao, dan karet, serta komoditas yang menjadi bagian dari rantai pasok industri medis.
Selanjutnya: DPR Janji Layanan Haji Tak Berkurang meski Biaya Haji 2026 Turun
Menarik Dibaca: Redmi 15 HP RAM 8GB yang Tawarkan Harga 2 Jutaan Aja, Cek Spesifikasinya di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













