Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan salah satu prioritas dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), yaitu SDG 5 ‘Kesetaraan Gender’.
Target yang mau dicapai antara lain mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan di manapun; menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan di ruang publik dan pribadi; menjamin partisipasi penuh dan efektif dan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan ekonomi, politik dan masyarakat; dst.
Banyak kajian menunjukkan bahwa perempuan telah menjadi solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi oleh negara-negara di berbagai belahan dunia. Ekonomi yang melibatkan perempuan dapat tumbuh lebih cepat dan lebih produktif.
McKinsey Global Institute Report (2015) menyebutkan bahwa US$12 triliun dapat ditambahkan pada GDP global sampai 2025 dengan memberdayakan kesetaraan perempuan.
Baca Juga: Peningkatan daya saing daerah, kunci pemulihan Indonesia dari pandemi Covid-19
IMF (2016) menyimpulkan bahwa pemberdayaan perempuan dapat membawa tiga manfaat bagi sektor bisnis, yaitu mendorong pertumbuhan dan mengurangi kesenjangan; meningkatkan produktivitas melalui peningkatan talenta perempuan serta meningkatkan diversifikasi ekonomi yang mendorong pusat-pusat pertumbuhan baru.
Peran penting perempuan tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi belaka tetapi pertumbuhan ekonomi yang tanpa merusak lingkungan (green growth). Kajian FAO “Tackling Climate Change through Rural Women’s Empowerment” (2017) menggarisbawahi peran penting perempuan dalam aksi-aksi adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim yang dapat mereka lakukan di berbagai sektor: pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, energi, air dan pengelolaan lahan.
Cerita-cerita dari lapangan mengenai peran penting perempuan dalam menjaga ibu bumi juga dapat dijumpai dari berbagai pelosok Indonesia.
“Ada beberapa contoh bagaimana sektor swasta dapat ambil bagian dalam pemberdayaan perempuan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat membawa manfaat secara ekonomi dan sekaligus berdampak positif untuk merawat kelestarian lingkungan,”kata Sihol Aritonang, Chairman IBCSD saat memberikan keynote speech dalam Webinar Woman Empowerment : The Role of Women in Protecting Earth seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (27/10).
Peran sektor swasta dalam berkontribusi untuk tercapainya SDGs di Indonesia sebelumnya telah dipublikasikan oleh IBCSD pada 2019 lalu dalam buku “Private Sector Contribution to achieve SDGs in Indonesia”. Salah satunya dicontohkan oleh Bayer Indonesia.
Baca Juga: WIKA raih penghargaan The Best PKBL for Indonesia CSRxPKBL Award 2020
Di bidang Pertanian, petani kecil memainkan peran penting dalam memastikan ketahanan pangan di negara berkembang. Tetapi banyak yang masih berjuang untuk mencari nafkah karena mereka sangat rentan terhadap kondisi cuaca ekstrim dan kehilangan panen. Sebagai pemimpin di bidang pertanian, Bayer menargetkan untuk mendukung 4 juta petani kecil, 20% di antaranya adalah petani perempuan pada tahun 2030 di Indonesia.
Laksmi Prasvita, Head of Communications, Public Affairs, Science and Sustainability, Bayer Indonesia. mengatakan, pihaknya ingin membantu meningkatkan pasokan pangan Indonesia dan mengurangi kemiskinan di masyarakat pedesaan.
Dengan memberikan akses yang adil bagi petani perempuan ke lebih banyak inovasi, pengetahuan, kemitraan, dan model bisnis baru, Bayer ingin memberi mereka pilihan yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan mereka, dan memberi mereka solusi untuk bercocok tanam secara lebih berkelanjutan, untuk meningkatkan hasil dan pendapatan mereka.
Sebagai perusahaan perawatan kesehatan wanita, tujuan kami pada tahun 2020-2021 adalah memberikan akses keluarga berencana kepada 25.000 petani wanita dengan memastikan ketersediaan alat kontrasepsi modern yang terjangkau.
"Dengan demikian, Bayer ingin meningkatkan kesehatan, hak, dan status ekonomi wanita - langkah besar untuk meningkatkan kesetaraan gender,” jelas Laksmi.
Grup APRIL, Produsen pulp dan kertas berkelanjutan yang berbasis di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau juga memiliki program pemberdayaan perempuan, salah satunya dengan mendirikan Rumah Batik Andalan dimana APRIL memberdayakan lebih dari 70.000 rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan lewat membatik.
APRIL juga mendorong kegiatan one village one commodity (OVOC) sejak 2014 dengan memberikan pelatihan pertanian yang berkelanjutan untuk komunitas sekitar wilayah operasional yang diantaranya adalah petani wanita.
Baca Juga: Pemerintah anggarkan Rp 89,6 triliun per tahun untuk tangani perubahan iklim
“Di APRIL, partisipasi wanita dilakukan semua level internal dan supply chain kami. Kami juga mendorong berbagai program komunitas yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan sejalan dengan tujuan sustainable development goals,” ujar Anita Bernardus, Deputy Director of Corporate Communications Grup APRIL.
Inisiatif sektor swasta ini memperlihatkan bahwa upaya-upaya untuk mengembangkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun.
Namun, masih ada tantangan nyata yang harus dihadapi bersama oleh pemerintah, sektor bisnis dan masyarakat. Dari laporan pencapaian SDG 5 mengenai kesetaraan gender di Indonesia pada 2019, masih ditemukan sekitar 18,3% perempuan yang pernah/sedang menikah mendapat kekerasan fisik dan/atau seksual dari pasangannya selama hidup mereka.
Bahkan, 4,9% mengalaminya dalam 12 bulan terakhir. Kekerasan terhadap perempuan ini terjadi baik di daerah perkotaan (36.3%) dan juga daerah pedesaan dengan persentase yang relatif lebih kecil (29,8%).
Pandemi Covid-19 yang telah menimbulkan distorsi pada hampir seluruh sektor kehidupan ternyata juga membawa dampak negatif ganda bagi kaum perempuan. Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 melaporkan bahwa kekerasan terhadap perempuan meningkat tajam selama pandemi (Kompas, 3 Juni 2020).
Baca Juga: Tantangan mencapai pembangunan berkelanjutan di era new normal
Pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A) dan Komnas Perempuan mencatat peningkatan kasus kekerasan pada perempuan sebesar 75% sejak pandemi COVID-19. Kasus kekerasan pada perempuan ini terjadi baik pada ranah personal (75,4%), ranah komunitas (24,4%) dan ranah negara (0,08%).
Meningkatnya kasus kekerasan pada perempuan pada masa sulit pandemi Covid-19 menyingkap masih adanya kerentanan terhadap capaian kita dalam kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Kita perlu mendidik diri terus-menerus untuk memastikan bahwa kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan mengakar kuat dalam mindset, tindakan dan budaya kita.
“Untuk para wanita muda, saya pesan, yang paling penting kita liberate our mind. Jangan pernah merasa terkekang atau terkungkung karena kita merasa wanita. Justru, kita bebaskan pikiran kita bahwa kita wanita bisa melakukan apa saja, seperti yang dilakukan oleh pria,” pesan Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2014 -2019.
Susi menambahkan, “Benar fisik kita tidak sekuat mereka (pria), tapi liberate our mind itu pikiran kita, kemampuan kita bekerja, profesionalisme kita itu pasti bisa. Jadi yang pertama, bebaskan pikiran kita atas keterbatasan diri kita sebagai wanita.”
Selanjutnya: Tantangan mencapai pembangunan berkelanjutan di era new normal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News