kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kegiatan ekonomi tertekan, impor bahan baku terus menurun


Rabu, 16 Oktober 2019 / 13:11 WIB
Kegiatan ekonomi tertekan, impor bahan baku terus menurun
ILUSTRASI. Warga melihat aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/7/2019). BPS melaporkan nilai impor Indonesia sebesar US$ 14,26 miliar pada September 2019, turun 2,41% secara tahunan. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/WSJ.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor Indonesia sebesar US$ 14,26 miliar pada September 2019. Nilai impor memang naik tipis dibanding Agustus 2019, namun tetap menurun 2,41% jika dibandingkan dengan impor pada September 2018.

Secara kumulatif sepanjang Januari-September 2019 sebesar US$ 126,12 miliar atau turun 9,12% secara year-on-year (yoy). Berdasarkan golongan penggunaan barang, BPS mencatat penurunan impor terbesar sepanjang periode itu terjadi pada bahan baku atau penolong. 

Baca Juga: IMF: Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan emerging markets lain akan membaik di 2020

Impor bahan baku/penolong tercatat US$ 93,45 miliar selama Januari-September 2019. Nilai impor itu turun 10,22% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 104,08 miliar. 

Secara proporsional, impor bahan baku/penolong berperan 74,1% terhadap total impor Indonesia hingga September lalu.

Penurunan impor juga terjadi pada barang modal yang memiliki kontribusi 16,7% terhadap total impor. Untuk periode yang sama, impor barang modal tercatat sebesar US$ 21,01 miliar atau turun 4,13% yoy. 

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani memandang, tren penurunan impor bahan baku/penolong serta barang modal sepanjang tahun ini tak terlepas dari iklim ekonomi global yang lesu. Namun, kondisi ekonomi dalam negeri juga menjadi penyebabnya. 

Hariyadi mengatakan, para pelaku usaha mengkhawatirkan daya beli masyarakat yang melemah. Dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tak sesuai harapan atau hanya berkisar di 5%, kesejahteraan dan daya beli pun sulit terungkit. 

Baca Juga: Lagi, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global jadi 3%

“Kualitas pertumbuhan ekonomi kita juga belum optimal. Dalam arti yang menikmati pertumbuhan hanya kelas menengah ke atas sehingga kelompok menengah ke bawah sebetulnya mengalami kondisi tertekan,” tutur Hariyadi. 




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×