Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi
Kekhawatiran menurunnya daya beli, ditambah kondisi ekonomi global yang tidak pasti membuat pelaku usaha enggan berekspansi. Lantas, kebutuhan terhadap bahan baku/penolong dan barang modal yang selama ini dipasok melalui impor pun menurun.
Kondisi ini, menurut Hariyadi, harus segera diperbaiki. Salah satunya dengan mendorong pembukaan lapangan kerja formal untuk memastikan pendapatan masyarakat terjaga sehingga mampu berkonsumsi dengan stabil.
Baca Juga: Pengusaha sebut kenaikan upah buruh tahun 2020 masih mengacu pada PP 78/2015
“Masalahnya sekarang porsi pekerja informal di Indonesia makin besar. Bukannya tidak setuju dengan pekerjaan informal, tapi kalau terlalu besar, pekerja informal itu tidak masuk dalam pencatatan ekonomi kita,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta Kamdani menambahkan, penciptaan lapangan kerja yang luas mustahil terjadi tanpa adanya industrialisasi yang kuat di Indonesia.
Selain itu, industrialisasi juga krusial untuk memastikan pasokan bahan baku/penolong serta barang modal untuk sektor produksi di dalam negeri tidak lagi bergantung pada impor di masa depan.
“Industrialisasi ini kita sudah bicarakan sejak lama tapi kenyataannya belum ada pengembangan yang berarti pada industri hulu kita. Ini harus menjadi fokus,” kata Shinta.
Baca Juga: Mengekor pelonggaran moneter global, Korea Selatan gunting suku bunga acuan
Shinta mengonfirmasi, penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal sampai September lalu terjadi seiring dengan pnurunan kinerja industri di tengah perekonomian domestik maupun eksternal yang semakin sulit.
“Kita harus bersiap-siap. Maksud saya, walaupun dikatakan Indonesia masih sehat, saya rasa kita tetap harus siap-siap jangan sampai kita masuk ke dalam resesi. Kita harus antisipasi,” tandasnya.