kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   18.000   0,94%
  • USD/IDR 16.237   -59,00   -0,36%
  • IDX 7.204   -18,09   -0,25%
  • KOMPAS100 1.050   -5,82   -0,55%
  • LQ45 808   -2,58   -0,32%
  • ISSI 232   -0,90   -0,38%
  • IDX30 419   -2,36   -0,56%
  • IDXHIDIV20 491   -2,76   -0,56%
  • IDX80 118   -0,50   -0,42%
  • IDXV30 119   -1,87   -1,54%
  • IDXQ30 135   -0,26   -0,19%

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Diproyeksi Melemah, Ini Pemicunya


Rabu, 11 Juni 2025 / 19:56 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Diproyeksi Melemah, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Foto udara operator melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Kendari New Port, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (20/5/2025). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 dan 2026 diproyeksikan mengalami penurunan signifikan tertekan pelemahan daya beli.


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA.  Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 dan 2026 diproyeksikan mengalami penurunan signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat serta menurunnya kinerja industri nasional.

Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7% untuk tahun 2025 dan 4,8% untuk tahun 2026. Angka ini lebih rendah dibandingkan laporan Global Economic Prospects (GEP) edisi Januari 2025 yang memproyeksikan pertumbuhan sebesar 5,1% untuk kedua tahun tersebut.

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7% pada 2025 dan 4,8% pada 2026. Sebelumnya, pada Maret 2025, proyeksi OECD berada di angka 4,9% untuk 2025 dan 5,0% untuk 2026.

Baca Juga: Aneka Beban dan Pungutan akan Menahan Laju Ekonomi Indonesia Tahun Depan

Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,7% untuk tahun 2025 dan 2026, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,1%.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menyampaikan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah saat ini tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya. Menurutnya, pendekatan pembangunan masih berada dalam jalur yang sama.

"Program Prabowo adalah kelanjutan. Kalaupun ada akselerasi, itu pada program pengembangan SDM yang dampaknya baru terasa dalam jangka panjang," kata Huda kepada Kontan.co.id, Rabu (11/6).

Huda menilai strategi ekonomi yang serupa akan menghasilkan proyeksi pertumbuhan yang tidak jauh berbeda dari pencapaian pemerintahan sebelumnya. Ia menekankan bahwa strategi jangka panjang, seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, memang penting, namun tidak berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat.

Baca Juga: Bank Indonesia Perkirakan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Tumbuh di Kisaran 4,7%-5,5%

“Program hilirisasi dan pembangunan infrastruktur masih menjadi andalan utama pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Namun demikian, Huda mengingatkan bahwa ketergantungan terhadap pembangunan infrastruktur dan hilirisasi tetap mendominasi. Di sisi lain, melemahnya permintaan masyarakat turut menekan kinerja industri nasional. Daya beli yang rendah menjadi salah satu hambatan utama dalam proses pemulihan ekonomi.

“Meskipun ada program peningkatan kualitas SDM, dampaknya baru bisa dirasakan dalam jangka panjang,” jelas Huda.

Huda juga mengutip data dari S&P yang menunjukkan bahwa sektor industri mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir. Indikator Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada April 2025 tercatat sebesar 46,7 dan sedikit meningkat menjadi 47,4 pada Mei 2025. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan capaian Maret 2025 yang mencapai 52,4.

"PMI di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi, tanpa ekspansi produksi," kata Huda.

Menurutnya, sektor industri belum menunjukkan peningkatan produksi domestik. Hal ini menandakan bahwa utilitas industri akan terus menurun seiring dengan lemahnya permintaan, baik dari pasar domestik maupun internasional.

Baca Juga: Bank Indonesia Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tahun Ini sekitar 4,7%-5,5%

“Tidak adanya ekspansi berarti tidak ada tambahan produksi dari industri manufaktur dalam negeri,” tegas Huda.

Ia menambahkan bahwa sektor tekstil dan produk tekstil menjadi salah satu yang paling terdampak. Tingkat utilisasi di sektor ini diperkirakan bisa turun di bawah 50%, yang berisiko menimbulkan pengurangan tenaga kerja secara signifikan.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×