kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.350.000   -4.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

Kebijakan Moneter & Fiskal Berpeluang Tarik Arus Modal Asing di Sisa Kuartal IV 2025


Minggu, 26 Oktober 2025 / 16:13 WIB
Kebijakan Moneter & Fiskal Berpeluang Tarik Arus Modal Asing di Sisa Kuartal IV 2025
ILUSTRASI. aliran modal asing diproyeksi kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia di sisa tahun 2025


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Prospek aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih positif di sisa tahun ini atau pada kuartal IV-2025.

Global Market Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, kombinasi faktor domestik dan global memberikan sinyal yang kondusif bagi masuknya dana investor asing, baik ke pasar saham maupun pasar surat berharga negara (SBN).

Dari sisi domestik menurut Myrdal, kebijakan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di level 4,75% pada hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 22 Oktober 2025 dimaksudkan untuk tetap menjaga daya tarik aset investasi pasar Indonesia, sehingga imbal hasil yang ditawarkan masih tetap menarik dan tidak mengalami penurunan.

Baca Juga: BI: Dana Asing Cabut Rp 940 Miliar di Minggu Keempat Oktober 2025

"Kita lihat juga gap investment yield kita dengan Amerika yang tadinya sempat sangat sempit, pelan-pelan juga mulai melebar lagi," ungkap Myrdal kepada Kontan, Minggu (26/10/2025).

Myrdal menilai, kebijakan moneter BI menjaga suku bunga tetap tinggi menjadi faktor penting untuk mempertahankan imbal hasil (yield) aset keuangan domestik agar tetap kompetitif dibandingkan negara lain.

Selain portofolio, aliran modal dalam bentuk foreign direct investment (FDI) juga diperkirakan tetap kuat, hal ini terlihat dari investor yang masih masuk ke sektor-sektor hilirisasi, komunikasi dan internet, serta industri manufaktur seperti makanan-minuman dan farmasi. 

"Ini diharapkan bisa menarik aliran modal masuk ke Indonesia pada kuartal IV-2025," ungkap Myrdal.

Berbagai program pembangunan dan stimulus pemerintah juga dinilai akan memperkuat sentimen positif terhadap perekonomian dan menjadi daya tarik tambahan bagi investor asing.

Ia mencontohkan, program Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) yang akan mendapatkan alokasi dana sekitar Rp 3 miliar per koperasi dari Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) untuk pembangunan kantor, kegiatan operasional, hingga modal usaha.

Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan kredit usaha rakyat (KUR) untuk sektor konstruksi perumahan, serta menyiapkan anggaran Rp 200 triliun melalui Kementerian Keuangan untuk mendukung ekspansi pembiayaan di Himbara.

Dari sisi global, Myrdal menilai peluang The Fed akan memangkas suku bunga acuannya cukup besar, seiring dengan inflasi Amerika Serikat yang naik terbatas. Dengan demikian, ini akan mendorong potensi arus masuk modal asing atau capital inflows melalui pasar saham dan SBN ke dalam negeri.

Baca Juga: Dana Asing Keluar Hingga US$ 5,26 Miliar, BI Sebut Intervensi Pakai Cadangan Devisa

"Kalau lebih rendah iklim suku bunganya terutama dari The Fed, maka akan semakin menarik hasil investasi yang ada di emerging market," ujar Myrdal.

Sementara itu dari sisi stabilitas nilai tukar rupiah, Myrdal memperkirakan rupiah berpotensi menguat ke kisaran Rp 16.325 per dolar AS di akhir tahun, didorong oleh surplus neraca perdagangan yang masih konsisten di atas US$ 3,5 miliar per bulan dan meningkatnya arus modal asing di pasar keuangan.

Dalam catatan Kontan, nilai tukar rupiah menguat di perdagangan pekan terakhir pada Jumat (24/10), kurs rupiah spot menguat 0,16% menjadi Rp 16.602 per dolar Amerika Serikat (AS).

Kurs rupiah spot tercatat melemah 0,07% dalam sepekan terakhir. Rupiah melemah dalam tiga pekan berturut-turut. Sementara kurs rupiah Jisdor Jumat (24/10/2025) menguat Rp 15 atau 0,09% menjadi Rp 16.630 per dolar AS.

Kurs rupiah Jisdor melemah dalam dua pekan berturut-turut, atau melemah 0,24% dari posisi Rp 16.590 per dolar AS. 

Selain karena permintaan dolar AS yang meningkat pada akhir bulan, rupiah juga tertekan oleh arus keluar dana asing dari pasar obligasi pemerintah. Penyempitan selisih imbal hasil antara US Treasury dan Surat Berharga Negara (SBN) disebut-sebut menjadi pertimbangan investor asing dalam menempatkan dana.

Berdasarkan catatan BI, secara kumulatif sepanjang tahun 2025 berdasarkan data setelmen hingga 23 Oktober, investor nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 48,36 triliun di pasar saham dan Rp 136,76 triliun di SRBI, sementara beli neto Rp 8,58 triliun di pasar SBN.

Selanjutnya: CITA Kritik Rencana Skema Baru PPN Emas: Bisa Bikin Pedagang Gulung Tikar

Menarik Dibaca: IHSG Diperkirakan Terkoreksi, Ini Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (27/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU

[X]
×