Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Hingga awal September ini hujan di Jabodetabek masih terbilang langka. Salah satu faktornya adalah karena imbas fenomena El Nino yang terjadi di Samudera Pasifik sejak tengah tahun ini.
Namun menurut Mulyono Rahadi Prabowo yang merupakan Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kekeringan yang dirasakan masyarakat akhir-akhir ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup dan aktivitas masyarakat itu sendiri.
"Banyak orang dengan asumsi seolah-olah alam ini tidak berubah. Padahal dengan perkembangan semakin banyak manusia ini, pemanfaatan lahan sangat terasa sekali," kata Prabowo padaKompas.com, Sabtu (5/9).
Kata dia, daerah yang dulu merupakan daerah hijau dengan banyak tanaman sekarang sudah berkurang. Terlebih di kawasan perkotaan yang daerah resapan airnya sudah sangat berkurang karena dialihkan menjadi kawasan pembangunan.
Persediaan air tanah saat musim kemarau seperti saat ini pun menjadi terbatas. "Tidak kasat mata di kita padahal perubahannya signifikan. Kalau kita lihat seksama tutupan lahan (hijau) itu sangat kelihatan sekali kok," ujarnya.
Karena itu, sepanjang kemarau ini BMKG mengimbau masyarakat untuk lebih menghemat dan cermat dalam penggunaan air.
"Khusus di Jakarta sendiri dampak ketersediaan air tanah itu kan menjadi sangat terbatas sehingga ya istilahnya yang paling bisa dilakukan masyarakat menggunakan ketersediaan air secara hemat. Karena pasokan dari hujan tidak ada," ucap Prabowo. ( Aldo Fenalosa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News