Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pemerintah dalam hal ini Bapanas, tengah menjalankan sejumlah langkah konkrit untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan harga telur di tingkat peternak, pedagang, dan konsumen.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, upaya ini dilakukan melalui program strategis seperti pelaksanaan bantuan pangan telur dan daging ayam, pemantauan pergerakan harga di seluruh provinsi dan kabupaten/kota, serta fasilitasi distribusi jagung ke daerah sentra peternakan untuk menjaga harga pakan.
Menurut Arief, hal ini dilakukan agar terwujud keseimbangan harga dari hulu hingga hilir sehingga menjaga keberlanjutan tumbuhnya ekosistem telur nasional.
"Beberapa bulan terakhir usaha pemerintah memang untuk menyiapkan harga yang wajar. Hal ini sesuai dengan arahan Bapak Presiden yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan harga di tingkat peternak, pedagang dan konsumen," ungkapnya.
Ia memastikan, untuk mewujudkan keseimbangan tersebut pemerintah secara bertahap menjalankan berbagai program strategis.
Seperti penyaluran bantuan telur dan daging ayam untuk Keluarga Risiko Stunting (KRS), di mana program ini secara efektif menyerap telur dan daging ayam yang dihasilkan peternak mandiri dengan harga yang baik untuk disalurkan guna menurunkan angka stunting.
Baca Juga: Harga Gula Melonjak, Bapanas Beberkan Penyebabnya
"Saat ini pemerintah sedang menjalankan program bantuan untuk 1,4 juta KRS di 7 provinsi dengan memberikan telur ayam 1 pack dan 1 ekor daging ayam karkas bersama ID FOOD, Holding BUMN Pangan. Program ini akan berjalan selama 3 bulan. Mulai April sampai Juni 2023," jelas Arief.
Program pemerintah ini, menurutnya, menjadi semacam closed loop yang terintegrasi dari hulu, tengah, hingga hilir. Sementara di hulu pihaknya melibatkan peternak mandiri sebagai pemasok produk, di tengah menyiapkan ID FOOD sebagai stan by buyer dengan harga yang baik untuk jaga stabilitas harga di peternak, lalu di hilir didistribusikan kepada masyarakat yang berisiko stunting sesuai data nama per alamat dari BKKBN.
Di sisi lain, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) memprediksi harga telur bisa turun dalam dua minggu ke depan. Hal itu lantaran pemerintah sedang berupaya menambah jumlah indukan ayam agar bisa memproduksi telur lebih banyak. Dengan begitu, pasokan telur dipasaran bisa tercukupi, dan harga bisa kembali stabil.
"Untuk stabil perlu waktu lagi. Karena indukannya kan cepat sehingga perlu waktu kira-kira, ini sekarang sudah tiga minggu mungkin dua minggu lagi (turun)," ujar Mendag Zulhas.
Menurut dia kenaikan harga itu dikarenakan banyak induk ayam yang dipotong untuk dijual pada saat Lebaran kemarin. Sehingga, induk ayam yang semestinya memproduksi telur, jadi terhalang.
Inilah yang menyebabkan produksi telur menipis, harga otomatis melonjak.
"Gini, kemarin itu ayam terlalu murah terutama Lebaran itu harganya Rp 33.000, Rp 34.000 (per Kg) padahal kalau mau survive itu harganya Rp 37.000-Rp 38.000. Nah kalau telur mau untung itu Rp 28.000, tapi sekarang dijual Rp 25.000," beber Zulhas.
"Ayam yang induk telur aja dijual agar harganya naik, tapi harga telurnya kurang. Jika begitu, ayam belum saatnya menetes tapi sudah dipecahin, dicutting namanya, dibuang sehingga harga naik," sambungnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Telur Ayam Masih Mahal, Apa Upaya Pemerintah?"
Penulis : Elsa Catriana
Editor : Erlangga Djumena
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News