kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   -5.000   -0,33%
  • USD/IDR 15.874   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.408   25,50   0,35%
  • KOMPAS100 1.127   6,44   0,57%
  • LQ45 883   7,10   0,81%
  • ISSI 225   0,22   0,10%
  • IDX30 452   4,26   0,95%
  • IDXHIDIV20 541   5,30   0,99%
  • IDX80 128   0,89   0,70%
  • IDXV30 131   1,18   0,91%
  • IDXQ30 149   0,99   0,67%

Gubernur BI Sebut 5 Tantangan Ekonomi Global yang Patut Diwaspadai di Era Trump


Sabtu, 30 November 2024 / 08:10 WIB
Gubernur BI Sebut 5 Tantangan Ekonomi Global yang Patut Diwaspadai di Era Trump
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (6/11/2024). Bank Indonesia (BI) mengkhawatirkan kondisi perekonomian global bakal memanas imbas Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengkhawatirkan kondisi perekonomian global bakal memanas imbas Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS)  pada pemilu 2024.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut, kebijakan Trump yang lebih mementingkan keuntungan negaranya, seperti tarif perdagangan yang  tinggi akan mempengaruhi rantai pasok global.

“Terpilihnya kembali Presiden Trump di Amerika Serikat. Dengan kebijakan America First, dapat membawa perubahan pesat pada lanskap geopolitik dan perekonomian dunia,” tutur Perry dalam agenda Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Jumat (29/11).

Baca Juga: Gubernur BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global 2024 Sentuh 3,2%

Adapun BI merangkum terdapat lima tantangan perekonomian yang patut diwaspadai:

1. Slower & divergent growth

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat, bahkan prospek ekonomi pada 2026 dan 2025 akan meredup, salah satunya Eropa dan China. Namun perekonomian Amerika Serikat dan China diperkirakan membaik, pun dengan Indonesia dan India yang juga diperkirakan membaik.

BI memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,8% hingga 5,6% pada 2025, dan 4,9% hingga 5,7% pada 2026.

2. Reemergence of inflation pressure

Penurunan inflasi global akan melambat, bahkan berisiko naik pada 2026. Hal ini terjadi karena adanya gangguan rantai pasok global.

Baca Juga: BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Berpotensi Meredup Imbas Kebijakan Trump

3. Ketidakpastian suku bunga The Fed

Perry memperkirakan arah kebijakan bunga The Fed bakal menurun, menjadi lebih rendah, namun yield US treasury akan naik tinggi menjadi 4,7% pada tahun 2025 dan 5% di 2026.

4. Penguatan mata uang dolar A alias strong dollar

Perry menyampaikan, indeks dolar Amerika menguat dari 101 ke 107. Kondisi tersebut akan memukul stabilitas nilai tukar, sehingga menyebabkan depresiasi nilai tukar di seluruh dunia termasuk nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Menilik Prospek Kinerja Emiten Sejuta Umat dan Rekomendasi Analis

5.Anggapan investor asing lebih tertarik ke Amerika Serikat

Menurut Perry, persepsi tersebut akan menyebabkan modal asing kabnya keluar dari negara berkembang dan kembali ke AS lantaran tingginya suku bunga dan kuatnya dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×