kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Gubernur BI Wanti-wanti Dinamika Global Berubah Cepat, Risiko Semakin Meningkat


Rabu, 20 November 2024 / 15:17 WIB
Gubernur BI Wanti-wanti Dinamika Global Berubah Cepat, Risiko Semakin Meningkat
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, risiko perekonomian global semakin tinggi disertai dengan meningkatnya ketegangan geopolitik dan fragmentasi perdagangan. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/10/2024


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) turut menyoroti efek dari kemenangan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) pada pemilu 2024.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, dinamika perekonomian global berubah sangat cepat. Ia mengaku dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 19-20 November 2024, secara khusus membahas terkait dinamika geopolitik global khususnya hasil pemilihan umum di AS.

Menurutnya, risiko perekonomian global semakin tinggi disertai dengan meningkatnya ketegangan geopolitik dan fragmentasi perdagangan

“Perkembangan politik di AS diperkirakan akan diikuti dengan arah kebijakan fiskal lebih ekspansif dan strategi ekonomi berorientasi domestik (inward looking policy), termasuk penerapan tarif perdagangan yang tinggi dan kebijakan imigrasi yang ketat,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (20/11).

Baca Juga: Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan BI Rate di Level 6% Pada November 2024

Perry membeberkan, perkembangan dinamika tersebut akan berdampak pada risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kembali meningkatnya inflasi dunia.

Di AS, proses penurunan inflasi akan berjalan lebih lambat sehingga penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) diperkirakan juga akan lebih terbatas. Sementara itu, kebutuhan pembiayaan defisit fiskal yang lebih besar mendorong kembali meningkatnya yield US Treasury baik tenor jangka pendek maupun jangka panjang.

Lebih lanjut, Perry mengatakan, perubahan politik di AS tersebut telah berdampak pada menguatnya mata uang dolar AS secara luas. Serta berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS.

Akibatnya, tekanan pelemahan nilai tukar berbagai mata uang dunia semakin tinggi dan terjadi aliran keluar portofolio asing, termasuk dari negara emerging market (EM).

“Penguatan respons kebijakan diperlukan untuk memperkuat ketahanan eksternal dari dampak negatif memburuknya rambatan global tersebut terhadap perekonomian di negara-negara EM, termasuk Indonesia,” kata Perry.

Baca Juga: Bos BI Ramal Suku Bunga The Fed Turun ke Level 3,50% di 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×