Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, perhatian Bank Indonesia pada volatilitas rupiah akan tetap tinggi di tahun ini dan tahun depan. Normalisasi moneter Bank Sentral Amerika Federal Reserve menjadi salah satu faktor penting yang akan menekan rupiah.
Menurut Josua, dalam jangka menengah pendek hingga Juni rupiah berpotensi ke arah Rp 13.300 karena tekanan yang besar untuk pembayaran dividen ataupun utang jatuh tempo. Hingga akhir tahun rupiah diprediksi masih tetap berada dalam kisaran Rp 13.000.
Maka dari itu yang penting dilakukan oleh BI adalah memastikan volatilitas rupiah tidak tinggi. Penerapan operasi pasar moneter menjadi salah satu opsi kebijakan yang akan terus dilakukan BI. Namun dalam hal ini BI juga perlu menjaga cadangan devisa agar tetap dalam level aman. "Di atas level standar internasional 3 bulan impor," ujarnya ketika dihubungi KONTAN, Senin (25/5).
Adapun dalam laporan keuangan tahunan terbaru Bank Indonesia (BI) tahun 2014, pelaksanaan beban kebijakan moneter BI mencatat kenaikan sebesar Rp 5 triliun. Tahun lalu beban pelaksanaan kebijakan moneter bank sentral Rp 23,21 triliun, naik dari posisi 2013 yang sebesar RP 18,21 triliun. Salah satu kategori beban yang masuk dalam pelaksanaan kebijakan moneter adalah intervensi rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News