Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Operasi moneter menjadi salah satu fungsi Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Dalam laporan keuangan tahunan terbaru Bank Indonesia (BI) tahun 2014, pelaksanaan beban kebijakan moneter BI mencatat kenaikan sebesar Rp 5 triliun.
Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacob mengatakan BI untuk tahun ini masih akan terus menjaga rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Otoritas moneter ini bakal menjaga volatilitas fluktuasi rupiah tidak tinggi.
"BI lakukan operasi moneter baik dengan intervensi atau beli surat utang negara (SUN) atau dengan instrumen lain tujuannya untuk meredam volatilitas," ujarnya, Senin (25/5). Adapun laporan keuangan BI tahun 2014 berbeda dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya dengan menggunakan standar akuntansi yang berbeda.
Mulai 2014 BI menggunakan Kebijakan Akuntansi dan Keuangan BI (KAKBI) dengan melibatkan tim audit eksternal yang independen.
Pada tahun-tahun sebelumnya BI menggunakan Pedoman Akuntansi dan Keuangan BI (PAKBI) yang berisikan tim audit internal BI sendiri.
Hal inilah yang menyebabkan dengan standar baru maka kategori penjabaran beban BI berubah. Ini berbeda dengan laporan keuangan 2013 di mana BI melaporkan secara rinci beban pengendalian operasi moneter 2013 yang mencapai Rp 17,79 triliun.
Hanya saja, menurut Peter, dalam rincian beban pelaksanaan kebijakan moneter dijabarkan beberapa instrumen atau kebijakan BI dalam menstabilkan rupiah seperti penempatan berjangka dalam rupiah dan valuta asing (Valas) yang memakan beban bunga sebesar Rp 56,73 miliar, penempatan dana sebesar Rp 5,94 triliun dan liabilitas kepada bank karena transaksi repo surat berharga sebesar Rp 5,55 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News