Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II 2025 akan berada di kisaran 4,5% hingga 4,99%.
“Kemungkinan besar di bawah 5% atau mendekati 4,99% dan 4,5% di kuartal II dan kuartal IV, dengan pendorong utamanya masih dari konsumsi,” ujar Josua, Senin (11/8).
Menurut Josua, pendorong utama pertumbuhan masih berasal dari konsumsi. Namun, Ia melihat adanya normalisasi pada kuartal III, setelah pada kuartal II konsumsi meningkat akibat banyaknya hari libur besar keagamaan dan hari libur sekolah.
“Di kuartal ke-III ini kami melihat ada normalisasi, ada penurunan di sana,” jelasnya.
Baca Juga: BI: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta di Kuartal III Masih Positif
Ia menambahkan, pemerintah diperkirakan akan mengakselerasi belanjanya hingga akhir Kuartal IV. Namun ekspor diperkirakan akan mengalami normalisasi sampai akhir tahun, setelah sebelumnya ada lonjakan frontloading pada kuartal sebelumnya sebagai antisipasi eksportir menghadapi tarif dagang 19% dari Amerika Serikat, sehingga ekspor akan cenderung melambat di semester II.
Begitu juga dengan investasi, yang diperkirakan mengalami normalisasi sampai dengan kuartal IV, hal ini dikarenakan pada kuartal II investasi non pembangunan mengalami lonjakan cukup cepat.
“Overall memang kami melihat dampaknya akan mixed. Jadi overall-nya ini hingga 4,99%, kalau kita melihat efeknya di semester II saya pikir akan ada dampak normalisasi untuk beberapa komponen, karena tadi (kartal II) ada lonjakan frontloading di beberapa komponennya, ataupun di beberapa sektor industrinya, sehingga nanti akan ada implementasinya khususnya di kuartal ke-3," jelas Josua.
Ke depannya, Josua berharap dengan akselerasi belanja pemerintah di semester II tahun ini akan menjadi pendorong ekonomi nasional. Hal ini dikarenakan konsumsi kelas menengah atas yang menyumbang 40% ke PDB, diperkirakan akan melambat cenderung menahan untuk konsumsi tersier dan mengutaman kebutuhan primer.
Jika dibagi berdasarkan kelompok pendapatan, Josua menyebut 20% penduduk kelas atas menyumbang sekitar 40% konsumsi nasional, sementara 40% kelompok menengah menyumbang 30%, dan 40% kelompok terbawah (miskin) kurang dari 20%. Artinya, kontribusi konsumsi dari masyarakat berpendapatan rendah tidak besar, sehingga Pemerintah perlu memberikan lebih banyak dorongan konsumsi kelas menengah ke atas, dengan tetap wajib mendukung masyarakat kelas bawah.
Baca Juga: Menyikapi Pertumbuhan Ekonomi dengan Bijak
"Intervensi kebijakan pemerintah harus lebih banyak diarahkan kepada kelas menengah, karena yang bisa menghasilkan spending itu kelas menengah dan kelas atas. Karena kalau kita lihat masyarakat berpenghasilan rendah menjadi salah satu yang wajib disupport oleh pemerintah," ungkapnya.
Di sisi lain perilaku konsumsi masyarakat kelas menengah juga mengalami perubahan, dimana kelompok ini lebih senang menghabiskan pendapatannya pada sektor yang berkaitan dengan hiburan atau leisure, sehingga sektor ini mengalami pertumbuhan paling tinggi, bahkan melampaui pengeluaran untuk makanan-minuman, pakaian, perlengkapan rumah tangga, dan kesehatan.
"Artinya, milenials dan gen Z ini mereka mengurangi pengeluaran untuk konsumsi barang tahan lama (otomotif dan lainnya), tapi mereka memprioritaskan leisure spending-nya agar tadi jalan-jalannya tetap bisa, nonton konser dan sebagainya," ungkap Josua.
"Di sektor otomotif, terjadi penurunan pembelian pada segmen LCGC, kelas menengah atas masih menunda membeli mobil listrik (EV), mereka menunggu perkembangan teknologi dan pilihan model, meski daya belinya tetap kuat," tambah Josua.
Sebaliknya, justru kelas menengah atas mengalokasikan konsumsinya ke paiwisata, Kondisi ini tercermin dari ramainya musim liburan dan tiket pesawat yang selalu habis, menunjukkan kelas menengah atas tetap tangguh dan menjadi penopang utama konsumsi.
Selanjutnya: Railink Hadirkan Promo Meriahkan HUT RI, Naik KA Bandara Mulai Rp 1.945
Menarik Dibaca: Railink Hadirkan Promo Meriahkan HUT RI, Naik KA Bandara Mulai Rp 1.945
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News