kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.704   22,00   0,13%
  • IDX 8.686   36,81   0,43%
  • KOMPAS100 1.194   2,51   0,21%
  • LQ45 854   1,47   0,17%
  • ISSI 310   2,31   0,75%
  • IDX30 438   -2,03   -0,46%
  • IDXHIDIV20 505   -3,69   -0,72%
  • IDX80 134   0,58   0,44%
  • IDXV30 139   0,23   0,16%
  • IDXQ30 139   -0,99   -0,71%

Bank Dunia Perkirakan Tax Ratio Indonesia pada 2025 dan 2026 Turun Drastis


Selasa, 16 Desember 2025 / 13:50 WIB
Bank Dunia Perkirakan Tax Ratio Indonesia pada 2025 dan 2026 Turun Drastis
ILUSTRASI. Bank Dunia alias World Bank memperkirakan rasio perpajakan atau tax ratio Indonesia 2025 pada 2026 mengalami penurunan. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Dunia alias World Bank memperkirakan rasio perpajakan atau tax ratio Indonesia 2025 pada 2026 mengalami penurunan.

Dalam laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) Edisi Desember 2025, tax ratio Indonesia pada 2025 diperkirakan hanya mencapai 9,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Angka ini lebih rendah jika dibandingkan pada tahun 2024 yang sebesar 10,1% PDB.

Sementara pada tahun 2026, Bank Dunia memperkirakan tax ratio Indonesia hanya naik tipis menjadi 9,7% PDB, meski masih lebih rendah dibandingkan 2024.

Baca Juga: Prabowo Pastikan Bakal Cabut Izin Usaha Pemanfaatan Hutan yang Langgar Aturan

Sebelumnya, adik Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo mengatakan bahwa rasio penerimaan negara Indonesia masih berada di kisaran 9%–12% terhadap PDB.

Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan sistem perpajakan paling lemah secara global.

"Indonesia betul kita termasuk yang paling lemah dan paling rendah di dunia sistem perpajakan kita," kata Hashim dalam Bedah Buku Indonesia Naik Kelas, Sabtu (13/12/2025).

Temuan itu, lanjut Hashim, sejalan dengan data Bank Dunia yang telah ia pelajari sejak 2013 melalui sejumlah pertemuan langsung.

Hashim kemudian membandingkan kondisi Indonesia dengan Kamboja. Sekitar 10–11 tahun lalu, rasio penerimaan negara Kamboja berada di level 9%, sementara Indonesia sekitar 12%.

Baca Juga: Purbaya Bakal Tarik Belanja K/L Tak Terserap, Demi Jaga Defisit APBN 2025 di Bawah 3%

Namun saat ini, rasio penerimaan negara Kamboja telah melonjak hingga 18%, sedangkan Indonesia masih stagnan di kisaran 12%.

Menurut Hashim, selisih 6% tampak kecil di atas kertas, namun berdampak sangat besar terhadap keuangan negara.

Dengan PDB Indonesia sekitar Rp 25.000 triliun, tambahan penerimaan 6% setara dengan potensi Rp 1.500 triliun per tahun.

"Kalau aparat pajak, aparat bea cukai, aparat semaunya itu bekerja dengan benar, Indonesia bukan dengan dengan defisit, Indonesia negara surplus. Indonesia negara kaya," pungkasnya.

Selanjutnya: BMKG: Hujan Masih Tinggi, Pemulihan Listrik Pascabanjir di Aceh Dilakukan Bertahap

Menarik Dibaca: Nikmati 15 Promo Makanan & Minuman HUT BRI ke-130, J.CO hingga Marugame Harga Spesial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×