kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.425.000   10.000   0,41%
  • USD/IDR 16.654   -31,00   -0,19%
  • IDX 8.586   37,36   0,44%
  • KOMPAS100 1.188   6,26   0,53%
  • LQ45 855   3,89   0,46%
  • ISSI 304   0,54   0,18%
  • IDX30 440   1,23   0,28%
  • IDXHIDIV20 509   2,66   0,53%
  • IDX80 133   0,71   0,54%
  • IDXV30 139   0,82   0,59%
  • IDXQ30 140   0,55   0,39%

BKPM: Investasi naik terus, daya beli malah turun


Rabu, 02 Agustus 2017 / 21:54 WIB
BKPM: Investasi naik terus, daya beli malah turun


Reporter: Agus Triyono | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dirundung kekhawatiran. Kekhawatiran ini dipicu oleh anomali antara peningkatan jumlah investasi dengan penurunan angka penjualan retail.

Thomas T Lembong, Kepala BKPM mengatakan, angka penurunan penjualan retail yang terjadi cukup besar dan mengkhawatirkan. Biasanya, angka penjualan retail per tahun bisa tumbuh sampai ke kisaran 12%- 14%. Tapi, saat ini angka pertumbuhan penjualan retail hanya mencapai 3%.

"Ini misteri. Investasi naik terus, daya beli malah turun dan penurunannnya di bawah inflasi. Harusnya, investasi naik, penghasilan naik diikuti daya beli," kata Thomas di Komplek Istana Negara, Rabu (2/8).

BKPM khawatir gejala tersebut muncul akibat adanya pola pergeseran struktur investasi. Investasi yang selama ini banyak mengalir ke sektor padat karya mulai bergeser ke sektor padat modal.

Kekhawatiran tersebut didasarkannya pada iklim investasi di dalam negeri yang belakangan ini yang banyak diganggu oleh lahirnya aturan penghambat investasi.

"Keyakinan dunia usaha dipengaruhi regulasi. Ketika regulasi dibuat ngawur, keluarnya dadakan, tanpa masa transisi, sosialisasi itu menimbulkan kecemasan," katanya.

Ekonomi dalam negeri saat ini sedang mengalami anomali. Walau ekonomi tumbuh mantap di atas 5%, inflasi Januari- Juni 2017 masih di bawah 3%, tapi kondisi tersebut tidak diikuti perbaikan daya beli.

Selama masa Lebaran kemarin misalnya, angka penjualan retail yang menjadi salah satu tolok ukur kemampuan daya beli masyarakat hanya mampu tumbuh 3%.

Pertumbuhan tersebut anjlok dalam jika dibandingkan dengan Lebaran tahun 2016. Waktu itu, angka penjualan retail bisa tumbuh sampai 13%.

Darmin Nasution, Menko Perekonomian mengatakan, terlalu cepat bila penurunan penjualan retail kemudian disimpulkan sebagai satu tanda penurunan daya beli masyarakat.

"Tunggu seminggu atau dua minggu lagi, data Juli keluar. Biar semua jelas apakah itu memang terjadi atau tidak, karena yang kemarin itu seperti itu karena masyarakat kurangi belanja, orang tua menahan uang untuk sekolah anaknya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×