Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil Survei Penjualan Riil Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Januari 2024 sebesar 139,1 atau menurun dari 150,6 pada periode sebelumnya.
BI mengungkapkan, penurunan IEP Januari 2024 ini sehubungan dengan normalisasi, karena berakhirnya momen hari besar keagamaan Natal dan liburan akhir tahun 2023.
Meski demikian, BI melihat ada potensi kenaikan tekanan inflasi pada Januari 2024. Ini terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) Umum Januari 2024 yang sebesar 133,1 atau naik dari 131,2 pada periode sebelumnya.
Baca Juga: Lebih Ramai, Penerbitan Obligasi Korporasi Bisa Capai Rp 169,05 Triliun pada 2024
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai, potensi peningkatan inflasi di tengah prospek penurunan penjualan ritel sehubungan dengan risiko inflasi dari sisi suplai.
“Ini murni karena ada peningkatan harga barang-barang. Jadi, bukan dari sisi permintaan. Tapi murni dari sisi suplai,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (11/12).
Riefky bilang, kenaikan harga barang, terutama pangan, datang dari fenomena kekeringan atau El Niño yang terjadi di daerah-daerah di Indonesia.
Dengan demikian, Riefky mengimbau agar pemerintah tetap fokus dalam progres menjaga stabilitas harga pangan untuk tetap menjangkar inflasi.
Baca Juga: Begini Proyeksi Pergerakan Rupiah untuk Hari Ini (7/12)
Pasalnya, stabilitas harga juga sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain dari pemerintah, peran BI juga tak ketinggalan. Upaya stabilisasi nilai tukar rupiah diperlukan untuk menjaga inflasi barang impor (imported inflation) tak menyundut inflasi umum.
Meski demikian, Riefky memperkirakan inflasi pada sepanjang tahun 2024 tak akan setinggi tahun 2023.
Baca Juga: Terdorong Sentimen Pemilu, Begini Rekomendasi Saham ICBP dari Analis
Dari perhitungannya, inflasi pada tahun depan akan berada di kisaran 2,5% yoy hingga 2,8% yoy, atau lebih rendah dari outlook tahun ini yang sebesar 3% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News