Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat, pertumbuhan ekonomi inklusif Indonesia masih jauh tertinggal bila dibandingkan negara kawasan atau emerging economies.
“Terkait dengan pertumbuhan inklusif di Indonesia memang ini masih relatif tertinggal dibandingkan negara lainnya. Jadi kalau kita lihat di dalam inklusif indeks ini masih tertinggal yaitu kita lebih dari 10 besar di sini,” tutur Deputi Bidang Perencanaan Makro Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas Eka Candra Buana dalam agenda BRI Microfinance Outlook 2025, Kamis (30/1).
Dalam bahan paparan Chandra yang diterima Kontan, Indonesia berada di peringkat 36 untuk kategori Emerging Economies dengan Inclusive Development Index (IDI) skor sebesar 3,95.
Baca Juga: Bappenas Sebut Kebijakan Ekonomi Hijau Bisa Ciptakan Lapangan Kerja Baru
Diperingkat pertama adalah Norwegia dengan skor 6,08, disusul Islandia 6,07, Luxemburg 6.07, Swiss 6,05, dan peringkat kelima ada Denmark.
Di samping itu, Chandra juga turut menyoroti terkait ketimpangan pendapatan Indonesia yang juga relatif tinggi dibandingkan negara lain dan stagnan dalam 10 tahun terakhir (2013-2023).
“Ketimpangan pendapatan (Indonesia) kalau dibandingkan dengan negara lain kita nomor dua tertinggi,” ungkapnya.
Baca Juga: Harus Ada Lonjakan Pertumbuhan Ekonomi Untuk Indonesia Jadi Negara Maju
Chandra juga menambahkan, human capital index (HCI) Indonesia (2020) masih rendah. HCI Indonesia tercatat sebesar 0,54, lebih rendah dari Malaysia sebesar 0,61, Singapura 0,88 dan rata-rata negara di dunia sebesar 0,57.
Selanjutnya: Soal Revisi UU Minerba, Bahlil Lahadalia Beri Tanggapan Begini
Menarik Dibaca: Berapa Level Kadar Gula Darah yang Berbahaya bagi Penderita Diabetes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News