kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.383.000   23.000   0,97%
  • USD/IDR 16.612   -9,00   -0,05%
  • IDX 8.044   -22,16   -0,27%
  • KOMPAS100 1.107   3,24   0,29%
  • LQ45 774   1,76   0,23%
  • ISSI 289   -0,31   -0,11%
  • IDX30 405   1,53   0,38%
  • IDXHIDIV20 455   -0,15   -0,03%
  • IDX80 122   0,06   0,05%
  • IDXV30 130   -1,26   -0,96%
  • IDXQ30 128   0,90   0,71%

Yield SBN 10 Tahun Turun, Pemerintah Bisa Hemat Bunga Utang Rp 8 Triliun


Rabu, 15 Oktober 2025 / 13:30 WIB
Yield SBN 10 Tahun Turun, Pemerintah Bisa Hemat Bunga Utang Rp 8 Triliun
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan mencatat, imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun turun sebesar 88 basis poin (bps) year to date (ytd), atau menjadi 6,09% pada 10 Oktober 2025.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan mencatat, imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun turun sebesar 88 basis poin (bps) year to date (ytd), atau menjadi 6,09% pada 10 Oktober 2025. Penurunan yield ini akan mengurangi beban bunga utang pemerintah ke depan.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman menilai, secara teknis penurunan imbal hasil hampir 88 bps ini sejak awal tahun bukan hanya cerminan perbaikan persepsi risiko. Namun juga hasil sinergi antara kebijakan moneter longgar dari Bank Indonesia (BI) dan strategi pembiayaan hati-hati Kementerian Keuangan.

“Dengan asumsi penerbitan utang bruto sekitar Rp 500 triliun-Rp 600 triliun per tahun, maka penurunan yield 80–90 bps bisa menghemat bunga Rp 6 triliun-Rp 8 triliun per tahun, tergantung durasi dan tenor penerbitan,” tutur Rizal kepada Kontan, Rabu (15/10/2025).

Baca Juga: Modal Asing Keluar dari SBN, Begini Prospek Obligasi Hingga Akhir Tahun

Meski demikian, Rizal menyebut, penghematan beban bunga utang tersebut tidak serta-merta langsung terasa dalam struktur APBN, karena beban bunga ditentukan oleh stok utang eksisting dengan kupon tinggi yang masih mendominasi.

Menurutnya, efisiensi baru akan terasa dalam horizon 2 tahun hingga 3 tahun ketika sebagian besar utang jatuh tempo direfinansiasi dengan kupon rendah.

“Secara politik-ekonomi, capaian ini memperkuat narasi prudence fiskal di tengah tekanan belanja sosial yang tinggi bahwa stabilitas pasar surat utang menjadi kompensasi bagi kredibilitas kebijakan fiskal yang konsisten,” ungkapnya.

Rizal menekankan, penurunan imbal hasil menjadi 6,09% ini memang menggambarkan tren positif, tetapi potensi penurunan lanjutan tidak tak terbatas.

Rizal mencatat, imbal hasil SBN mengikuti tiga jangkar utama, yakni ekspektasi inflasi, arah suku bunga kebijakan BI, dan persepsi risiko fiskal dan nilai tukar.

Ia menambahkan, saat ini inflasi masih dalam kisaran 2,5–2,8%, BI mulai menurunkan suku bunga, dan defisit APBN 2025 masih terkendali di bawah 3% PDB kombinasi yang menjaga momentum yield menurun.

Namun secara realistis, Rizal melihat, ruang penurunan mungkin hanya berkisar 5,8–6,0% di kuartal I 2026, karena faktor eksternal seperti kebijakan The Fed. Menurutnya, imbal hasil yang terlalu rendah tanpa fundamental yang kuat justru bisa menimbulkan risiko over-pricing, di mana investor asing kembali menuntut premi risiko yang lebih tinggi.

“Dengan kata lain, tren yield masih bisa turun, tapi semakin rentan terhadap sentimen global bukan hasil otomatis dari kepercayaan domestik semata,” ungkapnya.

Baca Juga: Keluarnya Dana Asing Angkat Yield Obligasi Pemerintah, Begini Prospek Pasar SBN

Lebih lanjut, Rizal memperkirakan, arah imbal hasil SBN akan sangat ditentukan oleh tata kelola politik fiskal dan strategi komunikasi ekonomi pemerintah baru.

Pertama, kredibilitas fiskal apakah pemerintah mampu menjaga defisit tetap di bawah 3% sambil menjalankan program besar seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan stimulus daerah; sebab jika kredibilitas tergerus, spread risiko bisa kembali melebar.

Kedua, arah kebijakan moneter BI bila suku bunga acuan diturunkan lagi secara gradual, ruang penurunan yield bisa berlanjut, tetapi jika tekanan kurs muncul akibat arus modal keluar, BI akan menahan langkahnya dan pasar merespons dengan repricing risiko.

Ketiga, sentimen eksternal  dinamika geopolitik, harga minyak, dan arah kebijakan fiskal AS akan menentukan arah capital inflow.

Selanjutnya: Cara Menjadi Kaya Tanpa Utang

Menarik Dibaca: Cara Menjadi Kaya Tanpa Utang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×