kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   16.000   0,82%
  • USD/IDR 16.291   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.531   40,59   0,54%
  • KOMPAS100 1.071   9,12   0,86%
  • LQ45 795   -0,62   -0,08%
  • ISSI 255   1,00   0,39%
  • IDX30 410   -0,10   -0,02%
  • IDXHIDIV20 468   -1,36   -0,29%
  • IDX80 120   -0,21   -0,18%
  • IDXV30 124   -0,17   -0,14%
  • IDXQ30 131   -0,32   -0,24%

Warga RI Alami Lipstick Effect saat Ekonomi Lesu, Ini Pengertian & Cara Mengatasinya


Jumat, 08 Agustus 2025 / 04:00 WIB
 Warga RI Alami Lipstick Effect saat Ekonomi Lesu, Ini Pengertian & Cara Mengatasinya
ILUSTRASI. Di tengah lesunya pengeluaran rumah tangga akibat tekanan ekonomi, sebuah tren menarik dialami masyarakat Indonesia. Yakni lipstick effeck.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Di tengah lesunya pengeluaran rumah tangga akibat tekanan ekonomi, sebuah tren menarik dialami masyarakat Indonesia. 

Berdasarkan laporan Indonesia Economic Outlook (IEO) Q3-2025 dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), konsumen Indonesia mengalami lipstick effect. 

Lipstick effect adalah kebiasaan konsumen yang tetap membelanjakan uang untuk membeli produk-produk kecil agar mendapat kepuasan instan, misalnya produk kosmetik dan layanan perawatan pribadi. 

Hal ini juga ditandai dengan pengeluaran rumah tangga untuk barang-barang besar seperti elektronik dan pakaian yang terus menurun, sementara belanja kosmetik justru naik. 

Diketahui, dalam lima tahun terakhir, pengeluaran untuk elektronik dan peralatan rumah tangga turun dari 2,89% (2019) menjadi 1,95% (2024), dikutip dari Kompas.com, Rabu (6/8/2025). 

Pengeluaran untuk pakaian dan alas kaki juga turun dari 2,84% menjadi 2,25% pada periode yang sama. 

Sementara itu, pengeluaran untuk kosmetik dan perawatan pribadi meningkat dari 1,14% menjadi 1,27%. Adapun hal ini juga diperkuat dengan data inflasi jasa perawatan pribadi melonjak dari 3,56% pada triwulan I 2024 menjadi 8,71% dalam triwulan I 2025.  

Lantas, apa yang menyebabkan terjadinya lipstick effect? 

Baca Juga: Tanggapi Istilah Rojali dan Rojana, Istana Sebut Model Jual Beli Sudah Berkembang

Penyebab lipstick effect 

Dilansir dari Very Well Mind (4/9/2024), istilah lipstick effect pertama kali diusulkan oleh ekonom dan profesor sosiologi Juliet Schor dalam bukunya The Overspent American yang terbit pada tahun 1998. 

Pada saat itu, istilah ini digunakan untuk menyebut fenomena ketika banyak perempuan cenderung berfoya-foya dengan barang mewah kecil di tengah ketidakpastian ekonomi. 

Studi pada tahun 2012 menyebut bahwa secara psikologis, tren ini terjadi karena hasrat perempuan yang meningkat untuk mendapat pasangan mapan ketika terjadi gejolak ekonomi. 

Dengan begitu, mereka terdorong untuk mempercantik penampilan dan dibuktikan dengan naiknya konsumsi kosmetik tersebut. 

Selain itu, penelitian pada 2020 juga menunjukkan bahwa lipstick effect ini juga disebabkan oleh keinginan memanjakan diri dengan cara yang hemat selama krisis ekonomi. 

Peneliti perilaku konsumen dan profesor pemasaran di Fakultas Manajemen Institut Teknologi New York, Colleen Kirk menambahkan bahwa tren ini bermanfaat memberikan "rasa kendali" di tengah ketidakpastian ekonomi.

Baca Juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,12% Kuartal II-2025, Apindo Soroti Fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’

"Hal itu membuat orang (merasa) punya kendali atas hidupnya ketika sebenarnya tidak memilikinya. Sebab kendali itu direnggut oleh kekuatan eksternal," tutur Kirk. 

Senada, terapis keuangan Lindsay Bryan-Podvin mengatakan bahwa kemerosotan ekonomi membuat orang memiliki perasaan kehilangan kendali yang lebih besar dan kecemasan. 

"Berbelanja adalah pengalaman yang sangat mudah ditebak. Bisa diprediksi dan rasa kendali itulah yang kita dambakan," ujar Bryan-Podvin. 

Cara mengatasi lipstick effect 

Kedua ahli tersebut memberikan beberapa tips untuk menghadapi lipstick effect: 

  • Hindari jebakan pikiran tentang keterbatasan

Kirk mengungkapkan, pikiran tentang keterbatasan finasial sering kali semakin memicu keinginan membeli barang-barang kecil.

Sementara itu, mengembangkan harapan finansial yang lebih positif bisa meredakan kecemasan dan mengurangi stres.

  • Buat anggaran untuk belanja kecil

Menurut Bryan-Podvin, membuat anggaran untuk belanja produk kecil sejak awal membuat lipstick effect yang berlebihan dapat dicegah.

Selain itu, hal ini juga mengurangi rasa bersalah yang timbul ketika memberi barang kecil di tengah krisis.

  • Tentukan alasan memberi barang kecil

Dia melanjutkan, bahwa orang bisa menanyakan alasannya membeli barang kecil sebelum memutuskan untuk benar-benar melakukannya.

Setelah alasan ditemukan, seseorang perlu melihat kondisi ekonominya sebelum memutuskan untuk membeli barang itu.

Tonton: Ekonomi RI Tumbuh 5,12% Kuartal II-2025, Apindo Soroti Fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’

  • Tentukan bahwa alasan itu bukan sekadar kecemasan

Keduanya mengungkapkan bahwa penyebab lipstick effect bisa jadi karena kecemasan sebelum terjadinya krisis ekonomi. Karena itu, menyadari hal ini penting dilakukan sebelum memutuskan membeli barang kecil.

  • Mempertimbangkan dengan matang

Terakhir, mereka menyarankan untuk mengingat kondisi diri dan menjawab pertanyaan reflektif kepada diri sendiri.

Pertanyaan tersebut antara lain: lebih baik menabung sedikit untuk membeli barang ini? Atau lebih baik menabung banyak tetapi tidak membelinya untuk kesejahteraan masa depan?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Di Tengah Ekonomi Lesu, Orang Indonesia Mengalami "Lipstick Effect", Apa Itu?"

Selanjutnya: 10 Perusahaan Indonesia Masuk Daftar Forbes Best Under A Billion 2025, Siapa Saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×