kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.741.000   2.000   0,12%
  • USD/IDR 16.443   0,00   0,00%
  • IDX 6.472   -43,68   -0,67%
  • KOMPAS100 929   2,96   0,32%
  • LQ45 729   2,37   0,33%
  • ISSI 202   -1,52   -0,74%
  • IDX30 380   0,83   0,22%
  • IDXHIDIV20 454   0,28   0,06%
  • IDX80 106   0,50   0,48%
  • IDXV30 109   0,90   0,83%
  • IDXQ30 124   0,29   0,23%

Ekonom Wanti-Wanti Sinyal Ekonomi Lesu di Paruh Pertama Tahun 2025


Senin, 17 Maret 2025 / 19:33 WIB
Ekonom Wanti-Wanti Sinyal Ekonomi Lesu di Paruh Pertama Tahun 2025
ILUSTRASI. Konsumen berbelanja alat rumah tangga di Jakarta, Rabu (02/10/2024). Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut pada Mei sampai September 2024. Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal, kondisi tersebut merupakan efek dari lemahnya daya beli masyarakat akibat pertumbuhan penghasilan yang tidak signifikan, serta turunnya pendapatan masyarakat dibanding sebelum pandemi Covid-19. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanda-tanda ekonomi lesu di awal tahun 2025 semakin terlihat dari beberapa indikator yang mayoritas menunjukkan perlambatan dan pemburukan di tengah banyaknya tantangan,

Misalnya saja terjadi deflasi sebesar 0,45% pada bulan Februari 2025 akibat daya beli masyarakat yang menurun. Belum lagi soal indikator kredi macet masyarakat di perbankan, terlihat dari data Bank Indonesia yang mencatat rasio NPL Kredit rumah tangga per Januari 2025 sudah berada di level 2,17%, memburuk dibandingkan periode tahun lalu yang di level 1,90% per Januari 2024.

Baca Juga: Deflasi Pada Februari 2025, Celios: Masyarakat Tahan Belanja untuk Keperluan Ramadan

Di sisi lain tren pelemahan rupiah terhadap dollar masih terus berlanjut di tahun 2025. Yang masih mampu tumbuh adalah indikator dari segmen PMI Manufaktur Indonesia, meskipun hanya naik 1,7 poin dari posisi Januari 2025, menjadi 53,6 pada Februari 2025.

Ekonom Paramadina, Wijayanto Sarimin menyampaikan lebih banyak indikator yang membuat menunjukkan ekonomi lesu di awal 2025. Adapun Ia menilai PMI Manufaktur yang meningkat tersebut dikarenakan faktor seasonal saja. 

Baca Juga: BPS: RI Alami Deflasi Tahunan, Pertama Kali Sejak Maret 2000

"Ia meningkat menjelang Nataru, lalu berlanjut hingga Lebaran, sebelum akhirnya turun.  Trend non seasonal menunjukkan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi," ungkapnya kepada Kontan, Senin (17/3).

Selain itu juga terjadi penurunan penjualan retail, serta kondisi deflasi selama 7 bulan dalam setahun terakhir. Belum lagi trend PHK yang meningkat, dan penerimaan pajak yang melemah, merupakan indikator yang sangat kuat bahwa ekonomi sedang lesu.

"Ya, cukup jelas indikatornya bahwa ini adalah sinyal ekonomi lesu," ungkapnya kepada Kontan, Senin (17/3).

Baca Juga: Bukan Imbas Penurunan Daya Beli, Ini Penyebab Deflasi Dua Bulan Beruntun Menurut BI

Selanjutnya: Likuiditas Ketat, Perubahan BI Rate Tak Banyak Berdampak pada Cost of Fund Perbankan

Menarik Dibaca: BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis: Banten, Jakarta, Jawa Barat Berpotensi Hujan Lebat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×