Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,12% secara tahunan (year on year/YoY) pada kuartal II-2025, dunia usaha justru menyoroti ketimpangan antara data makro dan kondisi di lapangan.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat adanya fenomena Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya-nanya) yang mencerminkan melemahnya daya beli masyarakat, yang juga tercermin dari data Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur yang mengalami konstraksi sepanjang kuartal.
Bulan April 2025 PMI Manufaktur tercatat sebesar 46,7. Konstraksi paling dalam sejak 4 tahun terakhir. Bulan Mei 2025 mengalami peningkatan indeks menjadi 47,4. Dan, bulan Juni 2025 kembali mengalami penurunan, menjadi sebesar 46,9.
Baca Juga: Publik dan Ekonom Mempertanyakan Data BPS yang Janggal, Begini Respons Sri Mulyani
"Data konstraksi PMI Manufaktur ini juga relevan dengan potret di lapangan, terjadi fenomena rojali dan rohana. Padahal daya beli dan konsumsi ini yang menjadi penopang signifikan pertumbuhan ekonomi," ungkap Ajib Hamdani, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (6/8/2025).
Fenomena daya beli ini juga yang menurut Ajib membuat para ekonom dan pelaku usaha memperkirakn pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 hanya di kisaran 4,69%-4,81%. Secara siklus tahunan, kuartal kedua biasanya lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yang ditopang oleh belanja masyarakat dalam periode lebaran.
Sebagai perbandingan, kuartal pertama tahun 2024 sebesar 5,11%, kemudian diikuti oleh pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sebesar 5,05%. Sehingga dengan data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun 2025 sebesar 4,87%, para ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi cenderung lebih rendah lagi di kuartal kedua.
Data BPS dan Realitas Konsumen Tidak Sepenuhnya Selaras
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 sebesar 5,12%, lebih tinggi dari ekspektasi para ekonom yang memperkirakan berada di kisaran 4,69%–4,81%. Angka ini juga melampaui pertumbuhan kuartal I-2025 yang hanya mencapai 4,87%.
Setidaknya menurut pernyataan BPS, ada dua hal yang mendorong pertumbuhan ekonomi cukup eskalatif di kuartal II-2025 ini.
Baca Juga: Data Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Dinilai Janggal, Begini Respons Kepala BPS
Pertama adalah karena faktor investasi. Investasi tumbuh secara signifikan sebesar 6,99%, level tertinggi selama 4 tahun terakhir, terutama karena proyek infrastruktur. Kuartal kedua ini mencapai Rp 477,7 triliun, dengan rasio 57,7% dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 42,3% dari Penanaman Modal Asing (PMA).
Faktor kedua adalah karena kebijakan moneter, yang membuat relaksasi tingkat suku bunga acuan turun 25 basis point pada Bulan Mei 2025, menjadi 5,5%.
Kebijakan ini cukup menambah likuiditas di sistem perekonomian sebesar 375 triliun lewat relaksasi cadangan. Kebijakan ini diharapkan bisa berlanjut memberikan dampak positif pada kuartal ketiga, karena pada awal Juli, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan menjadi 5,25%.
Selanjutnya: BROAD Indonesia Gaungkan Transisi Energi dan Netralitas Karbon di User Summit
Menarik Dibaca: Hingga Juli, Railink Catat 4 Juta Penumpang Naik KA Bandara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News