kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.779   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.473   -6,24   -0,08%
  • KOMPAS100 1.155   0,64   0,06%
  • LQ45 915   1,60   0,18%
  • ISSI 226   -0,60   -0,26%
  • IDX30 472   1,43   0,30%
  • IDXHIDIV20 570   2,50   0,44%
  • IDX80 132   0,24   0,18%
  • IDXV30 140   1,26   0,90%
  • IDXQ30 158   0,58   0,37%

Warga korban banjir di Manado mulai depresi


Senin, 20 Januari 2014 / 20:56 WIB
Warga korban banjir di Manado mulai depresi
ILUSTRASI. Kemenhub membutuhkan waktu perpanjangan untuk menyerap aspirasi soal penyesuaian tarif ojol. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

MANADO. Lima hari setelah banjir bandang menerjang Manado, warga yang menjadi korban mulai depresi. Mereka mengalami trauma berat akibat banjir bandang ini.

"Iya, mereka terlihat mulai depresi, dari raut wajah dan tutur bicaranya sangat terlihat jelas kalau mereka mengalami trauma dan tekanan," kata salah satu petugas medis, Stenly Pontolawokang kepada Kompas.com, Senin (20/1/2014).

Stenly yang bertugas di Pos Kesehatan yang didirikan di Kelurahan Wonasa Tenga, Kelurahan Singkil mengakui prihatin dengan kondisi korban banjir. Menurut dia, pemerintah harus segera memikirkan penanganan serius terhadap kejiwaan para korban bencana.

"Dapat dimaklumi kalau mereka depresi dan stres. Mereka kehilangan harta benda bahkan rumah mereka. Bencana itu menjadi sebuah trauma bagi kejiwaan mereka," tambah Stenly.

Banjir bandang yang menerjang 9 kecamatan di Kota Manado memang membawa dampak kerusakan yang sangat besar. Wali Kota Manado, Vicky Lumentut mengatakan, ada ratusan rumah yang hanyut terbawa banjir. Sementara sekitar 10.000 rumah lainnya rusak.

Ketika banjir telah surut, warga kehilangan harta benda mereka. Lumpur yang ditinggalkan di rumah pun sangat tebal. Di beberapa lokasi seperti di Ketang Baru, Kampung Ternate, Ternate Tanjung, Kampung Tubir, endapan lumpur bahkan mencapai ketinggian satu meter. Di sana-sini bahkan hingga ke jalan raya, sampah yang terbawa banjir tampak menggunung. Perabotan berserakan di tepi jalan. Lumpur yang mulai mengering terlihat sulit dibersihkan, sementara pasokan air bersih sangat terbatas.

Depresi warga ditambah dengan tidak meratanya bantuan yang diberikan. Di satu lokasi, posko bencana telah dipenuhi dengan pasokan mi instan, sementara di wilayah lain masih banyak warga yang mengaku kesulitan mendapatkan makanan.

"Kami berharap pemerintah bisa membagi rata bantuan yang datang agar adil. Begitu juga dengan donatur, jangan cuma di lokasi-lokasi itu saja, kami juga menjadi korban," ujar Pengki, warga Desa Tateli, Kecamatan Mandolang, Minahasa. Desa Tateli termasuk salah satu daerah yang ikut diterjang banjir bandang. Selain puluhan rumah warga rusak parah, tiga orang ditemukan tewas tersapu banjir. (Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×