kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.800   -4,00   -0,03%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

BPPT akui teknologi modifikasi cuaca belum optimal


Minggu, 19 Januari 2014 / 16:07 WIB
BPPT akui teknologi modifikasi cuaca belum optimal
ILUSTRASI. BI memperkirakan, inflasi inti pada tahun 2022 bisa melampaui batas atas kisaran sasaran yang sebesar 4% secara tahunan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Heru Widodo, mengaku teknologi modifikasi cuaca yang sudah dilakukan belum optimal. Hal itu karena keterbatasan perlengkapan yang digunakan untuk menebar garam (NaCl).

"Kondisinya sekarang, kami masih belum puas karena hanya bisa terbang sekali tiap harinya dan kemarin baru bisa dua kali. Sehingga penerbangan masih kurang banyak sekali," kata Heru, kepada wartawan, di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Sabtu (18/1/2014) malam.

Sejak penyebaran garam dimulai Selasa lalu, baru enam kali penerbangan dilaksanakan, dan menebar sebanyak 21,240 ton garam. Garam itu disebar di Pelabuhan Ratu dan Selat Sunda. Penerbangan itu hanya menggunakan pesawat jenis Hercules dan Casa 212-200.

BPPT telah meminta TNI AU untuk menyediakan tiga pesawat. "Dengan kondisi seperti ini, normalnya penerbangan harus bisa enam kali per harinya. Seperti kasus Januari-Februari tahun 2013 lalu," kata Heru.

Namun BPPT tidak bisa memaksa TNI-AU untuk cepat menyediakan pesawat. Sebab, sejumlah pesawat juga digunakan untuk menyalurkan bantuan ke Sinabung, Manado, dan sejumlah tempat lainnya.

Saat ini, BPPT telah melapor kepada Kepala BNPB, Syamsul Ma'arif dan TNI-AU untuk penambahan pesawat. Akan ada tambahan dua unit pesawat tetapi sprint (surat perintah terbang) belum ada.

Teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan tebar garam akan dilaksanakan hingga Maret mendatang. TMC untuk antisipasi banjir Jakarta dan sekitarnya merupakan salah satu pilihan jangka pendek. TMC diperlukan karena pengendali banjir di daratan seperti kondisi sungai, permukiman yang berada di dalam dan bantaran sungai, tata ruang masih berantakan. (Kurnia Sari Aziza)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×