kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Wamenkeu Thomas Targetkan Upah Rp 40 Juta per Bulan di 2045, Ini Kata Ekonom


Kamis, 20 Februari 2025 / 18:59 WIB
Wamenkeu Thomas Targetkan Upah Rp 40 Juta per Bulan di 2045, Ini Kata Ekonom
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja menyebrang di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (16/4/2024). Wamenkeu Thomas Djiwandono yang menyebut upah atau pendapatan masyarakat Indonesia pada 2045 akan mencapai Rp 40 juta per bulan.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Jahen Fachrul Rezki merespons pernyataan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono yang menyebut upah atau pendapatan masyarakat Indonesia pada 2045 akan mencapai Rp 40 juta per bulan.

Menurutnya, dengan pertumbuhan ekonomi saat ini, realisasi target upah tersebut dinilai masih jauh dari jangkauan.

Jahen mengatakan, saat ini, upah rata-rata nasional sebesar Rp 3,2 juta per bulan dengan pertumbuhan hanya sekitar 5%. Bahkan di daerah industri seperti Bekasi, upahnya hanya sekitar Rp 5 juta per bulan. 

Baca Juga: Pengemudi Ojek Online Menuntut Pemberian THR

Oleh karena itu, jika ingin mencapai target upah Rp 40 juta per bulan, maka Indonesia memerlukan pertumbuhan yang lebih tinggi.

"Jadi untuk bisa ke Rp 40 juta itu ternyata butuh growth yang sangat tinggi nantinya," ujar Jahen dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2025, Kamis (20/2).

Untuk mencapai pertumbuhan upah yang signifikan, Jahen menekankan perlunya peningkatan sektor-sektor dengan nilai tambah tinggi. 

Selama beberapa tahun terakhir, banyak lapangan pekerjaan yang tercipta justru berasal dari sektor jasa dengan nilai tambah rendah, seperti layanan pengantaran. 

Baca Juga: Thomas AM Djiwandono Dilantik Jadi Anggota Dewan Komisioner OJK Ex-officio Kemenkeu

"Kita bisa lihat banyak pekerjaan misalnya delivery work. Itu kan value addednya ngak tinggi. Upahnya pun ngak setinggi mungkin kalau bisa bekerja di manufacturing," katanya.

Sementara itu, pertumbuhan sektor manufaktur hanya mencapai 4%, yang dinilai belum cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×