CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Vaksinasi bagi lansia, BPOM: Butuh pertimbangan dan pendampingan khusus


Minggu, 07 Februari 2021 / 21:30 WIB
Vaksinasi bagi lansia, BPOM: Butuh pertimbangan dan pendampingan khusus
ILUSTRASI. Tenaga kesehatan melakukan pendaftaran sebelum menerima vaksin COVID-19 Sinovac dosis pertama


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi mengumumkan izin darurat penggunaan vaksin Covid-19 dari Sinovac bagi usia lanjut atau lansia di atas 60 tahun.

Kepala BPOM Penny K. Lukito menekankan bahwa, bagi penduduk di atas 70 tahun harus tetap memerlukan pertimbangan khusus dan pendampingan dari dokter.

Hal tersebut melihat bahwa pada 600 subjek lansia yang dilakukan uji klinis fase III di Brazil ada direntang usia 59 tahun sampai 70 tahun.

Meski demikian, Penny menyebut bukan berarti pemberian vaksin kepada usia di atas 70 tahun dilarang, hanya harus memerlukan pertimbangan dan pendampingan dari dokter.

Baca Juga: Izin BPOM keluar, pemerintah mulai vaksinasi Covid-19 bagi lansia, Senin (8/2)

"Di atas 70 [tahun] harus ada pertimbangan khusus. Data yang kami terima berdasarkan hasil uji klinik di Brazil untuk fase III adalah sampai dengan usia 70 tahun [59-70 tahun], artinya apabila akan diberikan pada lansia di atas 70 tahun memerlukan pertimbangan yang khusus, spesifik, individu, pada saat melakukan screening dengan kehati-hatian," jelas Penny saat Konferensi Pers Daring BPOM pada Minggu (7/2).

Adapun penyuntikan dua dosis vaksin kepada lansia di atas 60 tahun dilakukan dalam selang waktu 28 hari. Proses screening bagi lansia yang akan menerima vaksinasi disebut menjadi hal yang cukup penting. Terlebih lansia cenderung sudah memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

"Kelompok lansia cenderung memiliki berbagai komorbid atau penyakit penyerta yang harus diperhatikan dalam penggunaan vaksin ini, oleh karena itu proses screening menjadi sangat critical, sangat penting, sebelum dokter memutuskan untuk memberikan persetujuan vaksinasi," ujarnya.

Penny juga menerangkan, BPOM telah mengeluarkan informasi untuk tenaga kesehatan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan vaksinator dalam melakukan screening sebelum pelaksanaan vaksinasi.

Di samping itu manajemen resiko juga ditekankan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya sebagai langkah antisipasi mitigasi risiko, apabila terjadi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).

Baca Juga: BPOM resmi keluarkan izin darurat vaksin Covid-19 Sinovac bagi lansia

"Risiko-risiko tersebut perlu kita antisipasi apa yang akan terjadi, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan setelah pemberian vaksin maka penyediaan akses pelayanan medis dan obat-obatan untuk penanganan kejadian ikutan pasca imunisasi yang serius yang mungkin saja terjadi harus menjadi perhatian bagi penyelenggara pelayanan vaksinasi untuk lansia," lanjut Penny.

Meski vaksinasi sudah mulai dilakukan, namun Penny tetap mengingatkan bahwa penerapan protokol kesehatan 5M masih wajib dilakukan masyarakat. Vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan yang ketat akan mempercepat dalam mengantarkan Indonesia keluar dari pandemi Covid-19.

"Masyarakat kita harapkan bersama-sama untuk tetap kita menjalankan protokol kesehatan dengan terus menerapkan 5M memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×