Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pertumbuhan utang luar negeri (ULN) sektor swasta melambat. Perlambatan ini sebagai akibat prospek ekonomi Indonesia yang tidak menguntungkan bagi pengusaha.
Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan perlambatan yang terjadi pada ULN khususnya ULN swasta menandakan perusahaan sudah menahan diri untuk tidak berutang. Ini artinya kalangan dunia usaha kurang melakukan proses produksi baik dalam membeli bahan baku ataupun ekspansi. Utang dibutuhkan oleh kalangan swasta agar bisa melakukan proses produksi.
"Ini konfirmasi bahwa pertumbuhan ekonomi kita melambat," terang Lana ketika dihubungi KONTAN, Jumat (17/4). Pasalnya, apabila korporasi melihat adanya potensi ekonomi melambat maka mereka akan menahan diri untuk ekspansi atau menambah produksi. Akibat dari ekonomi melambat adalah permintaan masyarakat turun sehingga harga barang banyak yang naik.
Maka dari itu, dirinya melihat ekonomi Indonesia triwulan pertama ada potensi berada di bawah 5%. Ke depan, pada Maret 2015 Lana melihat utang swasta ada potensi naik karena impor baik barang modal ataupun konsumsi naik. Akan tetapi, perlambatan utang swasta ini sejalan dengan keinginan pemerintah dan BI yang memang ingin mengendalikan porsi swasta.
Sebagai informasi, data terbaru Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) swasta pada Februari 2015 sebesar US$ 164,13 miliar, atau tumbuh 13,8% bila dibanding Februari tahun lalu yang tercatat US$ 144,23 miliar. Pertumbuhan utang swasta pada Februari ini menurun dibanding pertumbuhan tahunan bulan sebelumnya yang tumbuh 14,4%.
Meskipun bila melihat secara bulanan ada pertumbuhan tipis 0,26% dari Januari US$ 163,71 miliar. Alhasil, secara keseluruhan ULN Indonesia sebesar adalah US$ 299,89 miliar atau naik 9,4% dari posisi Februari 2014.
Kenaikan 9,4% tersebut pun lebih lambat dibanding pertumbuhan ULN Januari 2015 yang tumbuh 10,5%. Untuk ULN pemerintah sendiri tercatat relatif stabil yaitu sebesar US$ 129,28 miliar, naik 4,4% dibanding periode tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News