CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Penyerapan utang luar negeri masih lelet


Rabu, 15 April 2015 / 15:33 WIB
Penyerapan utang luar negeri masih lelet
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran?valas Ayu Masagung, Jakarta, Senin (30/10/2023). Rupiah spot ditutup pada level Rp 15.890 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Senin (30/10), menguat 0,31% dari akhir pekan lalu yang ada di Rp 15.939 per dolar AS.?Sebagian mata uang Asia cenderung menguat terhadap dolar AS di tengah ekspektasi berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter di Asia. (KONTAN/Fransiskus Simbolon)


Reporter: Agus Triyono | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Penyerapan utang luar negeri masih lelet. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sampai dengan akhir Maret lalu, realisasi utang luar negeri baru mencapai 18% dari pagu pinjaman luar negeri yang direncanakan dalam APBN-P 2015.

Pemerintah melalui APBN-P 2015 berencana menarik pinjaman luar negeri senilai Rp 48 triliun. Pinjaman tersebut terduri dari dua jenis.

Pertama, senilai Rp 7 triliun berupa pinjaman program. Sementara itu yang ke dua, senilai Rp 41 triliun berupa pinjaman proyek. "Tapi sampai akhir Maret realisasinya baru mencapai 18%," kata Sofjan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta Rabu (15/5).

Sofjan mengatakan, masih seretnya realisasi penyerapan pinjaman tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya, masalah pengadaan tanah proyek.

Selain itu, permasalahan juga disebabkan proses perizinan dan tender yang bermasalah. Sedangkan permasalahan terakhir dipicu oleh keterlambatan pengesahan APBN-P 2015.

Sofjan mengatakan, walaupun masih lelet, realisasi penyerapan utang sampai Maret tersebut masih cukup baik jika dibanding 2014 kemarin. Sebab, pada periode yang sama, tahun kemarin penyerapan utang luar negeri baru mencapai 15%.

Meskipun demikian, Sofjan bilang, pemerintah tidak akan terlena. Mereka akan berupaya mencari solusi agar penyerapan utang bisa cepat.

"Ini harus dilakukan karena utang itu ada commitment fee, dan lain sebagainya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×