kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Supir metromini protes solar subsidi langka


Jumat, 01 Agustus 2014 / 15:26 WIB
Supir metromini protes solar subsidi langka
ILUSTRASI. Pekerja menyusun bantalan rel (slab track) menggunakan alat berat gantry crane di Pabrik Slab Track PT WIKA Beton, Karawang, Jawa Barat, Rabu (18/5/2022). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/wsj.


Sumber: Warta Kota | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA.  Dihapuskannya bahan bakar solar bersubsidi sehingga tidak dijual lagi di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta Pusat, mulai Jumat (1/8/2014), membuat para pemakai solar mengeluh. Khususnya bagi para sopir metromini di Terminal Senen, Jakarta Pusat.

Seperti diketahui, penghapusan bahan bakar solar bersubsidi menjadi non bersubsidi ini, sudah sesuai dengan surat edaran dari Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi nomor 937 tahun 2014, mengenai pengendalian bahan bakar minyak bersubsidi.

Sopir metromini 17 jurusan Senen-Manggarai, Saragih (61) mengatakan, ditiadakannya solar menjadi bio solar, atau berubah menjadi bahan bakar non bersubsidi, ia mengaku pasrah. Namun dirinya akan kebingungan jika harus mencari SPBU yang solarnya masih bersubsidi.

"Terus mau diapain lagi? Melawan enggak bisa, demo enggak bisa. Pasrah saja saya sih. Jika situasinya sudah enggak enak lagi, berhenti saja saya kerja jadi sopir. Kalau Jakarta Pusat tidak terima lagi solar bersubsidi, mau nyari di luar Jakarta Pusat? Ya buang- buang waktu," ujarnya di depan Stasiun Kereta Api (KA) Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Ia juga melanjutkan, dirinya dimungkinkan akan menombok uang setoran yang perharinya mencapai Rp 700.000. Diketahui, harga solar bersubsidi awalnya Rp 5.500, kini yang sudah non bersubsidi menjadi Rp 12.800.

"Sudah miskin, makin miskin saja rakyat kecil," singkat pria bertopi tersebut.

Senada dengan Panjaitan (59), sopir metromini jurusan Senen - Manggarai juga mengeluhkan hal yang sama. Dirinya menuding pemerintah sengaja menghilangkan solar bersubsidi menjadi non subsidi, untuk mematikan angkot di Jakarta.

"Sinting.. kita sudah susah. Kecekek lagi masalah solar. Kita sudah pusing ngurusin perut pak. Ini pemerintah sengaja ya mau menghilangkan angkot di Jakarta?" ucapnya.

Tak hanya itu, ia juga menanyakan kenapa hanya di wilayah Jakarta Pusat yang ditutup solar bersubsidi. Menurutnya kembali, jika hanya wilayah Jakarta Pusat yang ditutup akan kerepotan jika mesti mengisi ke wilayah Jakarta Timur atau Barat.

"Kita dari subuh sudah ngejar setoran. Belum lagi ngantri di pom bensinnya. Belum lagi narikin penumpangnya. Makan waktu lama. Malahan seharian bisanya kelamaan ngantri di pomp bensin," jelasnya.

Hasil pengamatan saat ke SPBU Bungur, Jakarta Pusat, tertempel di mesin pengisian bahan bakar selembar kertas tertulis solar non subsidi menjadi Rp 12.800. Tak lain tak bukan solar kini sudah tak terjual lagi untuk bersubsidi. (Panji Baskhara Ramadhan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×