Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, perlu upaya untuk mengambil keuntungan dari risiko yang timbul dari teknologi digital.
Sri Mulyani menyampaikan, perkembangan teknologi memiliki korelasi yang positif dengan perkembangan ekonomi. Sayangnya, teknologi tinggi menyebabkan ketimpangan antarnegara, dan lebih banyak dinikmati negara-negara yang lebih makmur.
Perkembangan teknologi juga menyebabkan disrupsi atau menghambat beberapa hal seperti menghapus beberapa pekerjaan. Di sisi lain, beberapa teknologi menghasilkan roadmap alternatif untuk perkembangan inklusif.
Menurut Sri Mulyani, negara-negara di dunia juga penting untuk mengubah ancaman risiko terkait teknologi digital menjadi keuntungan potensial dan memikirkan bagaimana langkah yang harus diambil setiap negara atas kesempatan ini.
"Ada kebutuhan sosial di tingkat nasional maupun tingkat internasional untuk menghadapi revolusi industri baru ini yang akan menyebabkan pemerintah, warga negara dan swasta bekerja sama dan sama-sama mempertimbangkan prinsip kerjasama dan lintas kebijakan," tutur Sri Mulyani seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (9/10).
Dalam acara Pathway to Prosperity Roundtable Breakfast yang membahas tentang inclusive growth and international governance in digital age, Jeongmin Seong, Mckinsey Institute Senior Fellow pun mengatakan, saat ini 30%-40% pengeluaran masyarakat ada pada konsumsi internet. Hal ini menstimulasi sisi suplai dari usaha kecil dan menegah. Kondisi Indonesia adalah 35% belanja dipicu dari konsumsi oleh kaum wanita.
Jeongmin menambahkan, perkembangan teknologi pun telah menciptakan banyak pekerjaan sementara program dan model baru, e-commerce, digital finance, digital payment membutuhkan investasi yang besar. Dia mengatakan, pemerintah perlu membuat kebijakan terkait apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam kompetisi di dunia digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News