Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
"Salah satu negara yang masih krisis adalah China. China masih akan mengamankan cadangan energi sehingga akan impor besar-besaran, salah satunya batubara dari Indonesia. Ini blessing in disguise," tambahnya.
Defisit di 2021
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyeldikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuku Riefky juga melihat adanya potensi neraca transaksi berjalan Indonesia berbalik surplus di kisaran US$ 1 miliar hingga US$ 1,5 miliar, atau sekitar 0,4% PDB pada kuartal III-2021 yang lalu.
Baca Juga: Ekonom optimistis neraca transaksi berjalan kuartal III 2021 surplus
Namun demikian, surplus neraca dagang bukan satu-satunya hal yang mempengaruhi transaksi berjalan. Tetapi, ada juga terkait net foreign assets (NFA). Riefky melihat selama kuartal III-2021, cukup banyak arus modal asing yang keluar dari pasar keuangan dalam negeri.
Hal ini terjadi di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang menanti kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat. "Bila defisitnya tinggi, maka ini akan membuat neraca transaksi berjalan masih defisit kecil, sekitar kurang dari US$ 1 miliar," kata Reifky.
Sementara itu, sepanjang 2021 diperkirakan masih akan mencatat defisit transaksi berjalan pada kisaran 0,5% PDB hingga 1% PDB atau melebar dari 0,4% PDB pada tahun 2020. Hal ini seiring dengan bergeraknya roda ekonomi yang mendorong kenaikan impor.
Selanjutnya: Ekonom Bank Mandiri perkirakan tren surplus neraca perdagangan masih berlanjut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News