kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah ekonom prediksi neraca transaksi berjalan kuartal III surplus


Senin, 18 Oktober 2021 / 09:32 WIB
Sejumlah ekonom prediksi neraca transaksi berjalan kuartal III surplus
ILUSTRASI. Seorang pekerja menyaksikan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (24/8/2021).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Selama tiga bulan berturut-turut neraca perdagangan mencatatkan surplus jumbo. Hal ini akan berdampak positif terhadap transaksi berjalan alias current account Indonesia. Bahkan, transaksi berjalan diperkirakan berbalik surplus setelah selama ini langganan mencatat defisit.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan bulan September sebesar US$ 4,37 miliar, setelah surplus pada bulan Juli dan Agustus masing-masing sebesar US$ 4,12 miliar dan US$ 4,75 miliar.

Dengan demikian, surplus neraca perdagangan pada kuartal III 2021 mencapai US$ 13,24 miliar. Angka ini jauh lebih besar ketimbang surplus neraca perdagangan kuartal I dan II yang sebesar US$ 5,52 miliar dan US$ 6,31 miliar.

Karena itulah Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, neraca transaksi berjalan kuartal III-2021 surplus sebesar 1% terhadap produk domestik bruto (PDB). "Ini tak lepas dari perkembangan perdagangan pada periode tersebut," kata Faisal, Jumat (15/10) lalu.

Baca Juga: Ekonom Bank Permata perkirakan neraca transaksi berjalan kuartal III 2021 surplus

Asal tahu saja, transaksi berjalan juga pernah mencatatkan surplus pada kuartal III-2020 sebesar US$ 9,1 miliar atau 0,39% terhadap PDB dan kuartal IV 2020 surplus US$ 9,8 miliar atau 0,32% terhadap PDB.

Faisal memperkirakan tren tingginya harga komoditas akan membuat ekspor Indonesia meningkat dalam beberapa waktu ke depan sehingga mendukung neraca transaksi berjalan.

Dalam proyeksi Faisal, neraca transaksi berjalan di sepanjang 2021 akan mengalami defisit kecil di kisaran 0,2% PDB, atau lebih kecil dari prediksi defisit transaksi berjalan sebelumnya yang sebesar 1,6% PDB. Tak menutup kemungkinan apabila harga komoditas ekspor Indonesia terus melambung, maka neraca transaksi berjalan Indonesia tahun ini mencetak surplus kecil di kisaran 0,1% PDB.

Kepala Ekonom BCA David Sumual meramal surplus transaksi berjalan pada kuartal ketiga tahun ini sebesar 0,5% PDB, sejalan dengan surplus neraca perdagangan selama 17 bulan berturut-turut.

Bahkan, transaksi berjalan di sepanjang tahun 2021 berpeluang mencetak surplus tipis sebesar 0,1% PDB. Hal ini didukung oleh harga komoditas yang masih tinggi dan akan bertahan hingga akhir tahun.

Baca Juga: Investor asing di SBN belum tumbuh seperti di pasar saham

Apalagi banyak negara yang mengalami krisis energi. Ini peluang besar bagi ekspor Indonesia, dan dengan demikian, surplus neraca perdagangan berpotensi tetap bertahan surplus.

"Salah satu negara yang masih krisis adalah China. China masih akan mengamankan cadangan energi sehingga akan impor besar-besaran, salah satunya batubara dari Indonesia. Ini blessing in disguise," tambahnya.

Defisit di 2021

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyeldikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuku Riefky juga melihat adanya potensi neraca transaksi berjalan Indonesia berbalik surplus di kisaran US$ 1 miliar hingga US$ 1,5 miliar, atau sekitar 0,4% PDB pada kuartal III-2021 yang lalu.

Baca Juga: Ekonom optimistis neraca transaksi berjalan kuartal III 2021 surplus

Namun demikian, surplus neraca dagang bukan satu-satunya hal yang mempengaruhi transaksi berjalan. Tetapi, ada juga terkait net foreign assets (NFA). Riefky melihat selama kuartal III-2021, cukup banyak arus modal asing yang keluar dari pasar keuangan dalam negeri.

Hal ini terjadi di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang menanti kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat. "Bila defisitnya tinggi, maka ini akan membuat neraca transaksi berjalan masih defisit kecil, sekitar kurang dari US$ 1 miliar," kata Reifky.

Sementara itu, sepanjang 2021 diperkirakan masih akan mencatat defisit transaksi berjalan pada kisaran 0,5% PDB hingga 1% PDB atau melebar dari 0,4% PDB pada tahun 2020. Hal ini seiring dengan bergeraknya roda ekonomi yang mendorong kenaikan impor.

Selanjutnya: Ekonom Bank Mandiri perkirakan tren surplus neraca perdagangan masih berlanjut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×