kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.304   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.533   43,20   0,58%
  • KOMPAS100 1.070   7,34   0,69%
  • LQ45 793   -2,68   -0,34%
  • ISSI 254   0,66   0,26%
  • IDX30 409   -1,29   -0,31%
  • IDXHIDIV20 467   -2,82   -0,60%
  • IDX80 120   -0,30   -0,25%
  • IDXV30 124   0,09   0,07%
  • IDXQ30 131   -0,56   -0,43%

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Capai 5,12% Saat Kredit dan Ekspansi Usaha Lesu


Rabu, 06 Agustus 2025 / 14:30 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Capai 5,12% Saat Kredit dan Ekspansi Usaha Lesu
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (16/7/2025). Lemahnya ekspansi usaha dan penyaluran kredit perbankan yang tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang tumbuh 5,12% yoy pada kuartal II-2025.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID–JAKARTA. Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF, Andry Satrio Nugroho, menyoroti lemahnya ekspansi usaha dan penyaluran kredit perbankan yang tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang tumbuh 5,12% yoy pada kuartal II-2025.

Menurut Andry, data menunjukkan pertumbuhan kredit bank justru melambat sepanjang semester I 2025.

“Pertumbuhan kredit di Januari-Juni 2025 itu sebesar 7,7%, dibandingkan dengan 8,3% di Januari-Juni 2024. Jadi ini kan pertumbuhan kredit turun, tapi kemudian bagaimana pertumbuhan ekonomi meningkat? Itu juga harus jadi pertanyaan,” ujar Andry dalam diskusi INDEF, Rabu (6/8/2025).

Bank Indonesia (BI) sempat menurunkan suku bunga acuan dari 5,75% menjadi 5,5% pada April 2025, sebagai langkah responsif terhadap tekanan global. Namun, langkah itu belum mampu mendorong penurunan suku bunga kredit perbankan.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Diprediksi Capai 5%, Ini Faktor Pendorongnya

“Kalau lihat justru itu tidak bertransmisi ke suku bunga perbankan. Suku bunga deposito memang turun, sedangkan suku bunga kreditnya tidak turun-turun,” kata Andry.

Ia menilai kondisi ini dipengaruhi oleh keberadaan instrumen pasar uang seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang menawarkan bunga bersaing, membuat perbankan lebih memilih menaruh dana di instrumen tersebut ketimbang menyalurkan kredit.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 6,96% di kuartal II-2025, menunjukkan masyarakat dan pelaku usaha cenderung menabung ketimbang melakukan ekspansi.

“Ketika Giro itu meningkat, artinya ekspansi bisnis masyarakat atau korporasi itu tertahan. Pengusaha tidak menarik likuiditas itu untuk ekspansi,” jelas Andry.

Hal ini diperparah dengan data yang menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit modal kerja yang seharusnya mendukung kegiatan operasional dan ekspansi usaha, hanya tumbuh 4,45% yoy pada Juni 2025.

Baca Juga: Ekonomi Kuartal II 2025 Didorong Industri Pengolahan hingga Pertambangan

Padahal, porsi kredit modal kerja mencakup sekitar 40% dari total kredit nasional.

Sementara itu, kredit investasi memang tumbuh 12,53% yoy, namun basisnya masih lebih kecil dan belum cukup untuk menopang pertumbuhan jangka panjang secara luas.

Kredit Korporasi dan Rumah Tangga Melemah

Lebih lanjut, kredit ke sektor korporasi yang tahun lalu tumbuh 16,2%, kini hanya tumbuh 10,6%. Kredit ke perorangan bahkan lebih rendah lagi, dari 6% menjadi hanya 4,2%.

“Untuk kredit rumah tangga pertumbuhannya 7,98%, memang ada pertumbuhan tinggi di kredit peralatan rumah tangga, tetapi porsinya sangat kecil, hanya 0,5% dari total. Kredit seperti KPR dan multiguna justru tumbuh lambat,” tambahnya.

Baca Juga: Daya Beli Lesu, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Diperkirakan di Bawah 5%

Di sektor usaha, kredit untuk industri pengolahan hanya tumbuh 6,13%, sementara sektor yang justru tumbuh tinggi adalah sektor perantara keuangan, yang tidak langsung mendorong produksi riil atau penyerapan tenaga kerja.

Kredit Melambat di Wilayah Kontributor Utama PDB

Penurunan pertumbuhan kredit juga terjadi di wilayah-wilayah utama penyumbang PDB nasional, seperti Jawa dan Sumatra. Tetapi pertumbuhan ini melambat di Kuartal II-2025.

“Sumatra berkontribusi 22% ke PDB, Jawa 57%, tapi kredit di wilayah ini tumbuh melambat, bahkan bergerak di bawah 8%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya,” ungkap Andry.

Situasi ini memunculkan pertanyaan besar, yakni dari mana sumber pertumbuhan ekonomi kuartal II jika ekspansi usaha dan kredit perbankan melambat.

Baca Juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Capai 5,12% Didorong Konsumsi dan Investasi

"Kreditnya turun, kok bisa cukup tinggi pertumbuhannya? Dari mana dorongan dari pertumbuhan ini? Sementara itu kalau kita lihat dari sisi pemerintah justru dia menghemat anggaran,” ungkap Andry.

Meski menyambut positif pertumbuhan ekonomi yang tinggi, Andry mengingatkan pentingnya konsistensi antar indikator dan transparansi dalam penyampaian data ekonomi oleh pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×