Reporter: Indra Khairuman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja manufaktur Indonesia yang mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut diprediksi akan memberikan dampak besar pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025.
Meski sektor industri pengolahan menunjukkan kontribusi positif, pertumbuhannya diperkirakan melambat, menandakan tantangan yang dihadapi akibat menurunnya permintaan domestik serta global.
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata mengatakan bahwa kontraksi dalam sektor manufaktur akan berpengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Daya Beli Lesu, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Diperkirakan di Bawah 5%
Ia mencatat bahwa berdasarkan data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global, indeks berada di bawah angka netral (50,0) selama periode ini, dengan angka terakhir mencapai 49,2 pada Juli 2025, meningkat dari 46,9 pada Juni 2025.
Josua menjelaskan, meski PMI dari S&P menunjukkan kontraksi moderat pada aktivitas bulanan manufaktur, secara agregat triwulanan masih ada ekspansi terbatas.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 diperkirakan akan melambat menjadi 4,76% yoy dari 4,87% yoy pada kuartal I-2025," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (3/8).
Josua menekankan bahwa industri pengolahan pada periode April hingga Juni 2025 diprediksi masih akan memberikan kontribusi positif pada PDB, tapi kontribusi itu akan lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya akibat pelemahan ini.
"Pertumbuhan industri pengolahan diperkirakan juga mengalami perlambatan ke kisaran 4,45%-4,55% yoy pada kuartal II-2025 dibandingkan 4,55% yoy pada kuartal I-2025," jelas Josua.
Baca Juga: Kontraksi Industri Pengolahan Menghambat Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II
Lebih lanjut, Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic dan Law Studies (Celios), menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2025 diperkirakan berada di angka 4,6%-4,7% YoY.
Ia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ini tidak menembus 5% karena adanya pergeseran belanja setelah lebaran ke belanja pendidikan, sehingga secara permintaan menjadi lebih rendah.
Bhima menegaskan bahwa tekanan pada daya beli kelompok menengah dan bawah sangat terasa, yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan PMI manufaktur.
"Jadi kuartal ke II dan III adalah fase pertumbuhan rendah sepanjang tahun ini," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (3/8).
Selanjutnya: Inpex Resmi Memulai Tahap FEED Proyek LNG Abadi Blok Masela
Menarik Dibaca: Promo Bundling JCO Sweet Delights 4-10 Agustus, Donut + 1 Liter Minuman Harga Spesial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News