kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.605.000   16.000   0,62%
  • USD/IDR 16.770   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Perizinan dan Investasi Dinilai Jadi Kunci Pertumbungan Ekonomi RI pada 2026


Minggu, 28 Desember 2025 / 14:47 WIB
Perizinan dan Investasi Dinilai Jadi Kunci Pertumbungan Ekonomi RI pada 2026
ILUSTRASI. Ekonom Bank Permata Josua Pardede (KONTAN/Dendi Siswanto). Ekonom senior Raden Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 mencapai 5% sebagai skenario dasar.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ekonom senior sekaligus pendiri CReco Research Institute, Raden Pardede, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 berada di kisaran 5% sebagai skenario dasar (baseline).

Menurutnya, capaian pertumbuhan ekonomi tersebut relatif realistis dan sejalan dengan proyeksi berbagai lembaga internasional.

“Kalau 5% itu boleh dikatakan relatif mudah. World Bank, IMF, OECD, hingga lembaga pemeringkat juga melihat Indonesia di sekitar angka itu,” ujar Raden belum lama ini. 

Baca Juga: Ekonomi RI Diproyeksi Tumbuh 5%, Konsumsi & Investasi Jadi Kunci Dongkrak Ekonomi

Namun, ia menegaskan bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 6% sebagaimana yang ditargetkan pemerintah di bawah Kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah perlu kerja lebih keras dan reformasi yang lebih dalam.

Raden menilai kebijakan fiskal dan dukungan likuiditas sebenarnya sudah tersedia. Tantangan utama justru berada pada berbagai hambatan struktural dan regulasi yang mengganggu kelancaran aktivitas usaha. 

Ia mengibaratkan perekonomian seperti pipa yang masih tersumbat oleh “sampah” berupa perizinan berbelit dan koordinasi yang lemah.

“Hambatan itu harus dibersihkan dengan cepat. Kalau alirannya lancar, kita pernah membuktikan bisa tumbuh lebih tinggi,” tegasnya.

Baca Juga: Beleid Karpet Merah Untuk Percepat Izin Investasi

Ia menilai implementasi PP 28/2025 terkait perizinan dapat menjadi terobosan penting bila dijalankan secara konsisten dari pusat hingga daerah, termasuk koordinasi antarkementerian.

Penyederhanaan dan kepastian izin, menurutnya, akan sangat membantu dunia usaha dan mempercepat realisasi investasi.

Dari sisi investasi, Raden menekankan bahwa persoalan utama bukan sekadar jumlah investasi, melainkan jenis investasi yang mampu menciptakan lapangan kerja layak.

Ia mengkritik pola pertumbuhan yang masih bertumpu pada sektor-sektor padat modal dan berbasis sumber daya alam, yang cenderung minim serapan tenaga kerja.

“Dengan nilai investasi yang sama, sektor manufaktur bisa menciptakan lapangan kerja jauh lebih banyak dibanding sektor padat modal,” ujarnya. 

Menurut Raden, manufaktur masih menjadi tulang punggung penciptaan pekerjaan layak bagi negara dengan pendapatan per kapita sekitar US$ 5.000 seperti Indonesia.

Baca Juga: Tak Percaya Proyeksi Asing, Pemerintah Optimistis Ekonomi RI Tumbuh 5,2% pada 2025

Ia juga mengingatkan risiko meningkatnya pekerjaan informal, yang kini menyerap hampir 60% tenaga kerja.

Meski tingkat pengangguran terbuka menurun, kualitas pekerjaan justru menjadi tantangan serius karena banyak pekerja berada di sektor informal dengan pendapatan tidak pasti.

Raden menyoroti penurunan tajam daya serap investasi terhadap tenaga kerja. Jika tujuh tahun lalu investasi Rp 1 triliun mampu menyerap hampir 4.000 pekerja, kini hanya sekitar 1.200 orang.

Tren digitalisasi dan otomatisasi turut memperkecil penyerapan tenaga kerja, sementara jenis investasi yang masuk semakin menuntut keterampilan tinggi.

Kondisi ini, menurutnya, paling berdampak pada Generasi Z, yang kini menyumbang porsi besar pengangguran. Karena itu, ia mengapresiasi langkah pemerintah mendorong program magang, pelatihan berbasis teknologi, serta pengembangan ekonomi digital dan kecerdasan buatan.

Baca Juga: Bank Indonesia (BI) Sebut, Penguatan Literasi Jadi Kunci Pengembangan Ekonomi Syariah

“Gen Z bisa sangat produktif, tapi juga bisa destruktif kalau tidak diarahkan. Kita tidak bisa lagi bergantung pada sumber daya alam. Masa depan ada di teknologi, IT, artificial intelligence, dan bioteknologi,” ujar Raden.

Ia menekankan bahwa percepatan kebijakan menjadi kunci. Pemerintah diminta bergerak cepat dan masif agar tantangan ketenagakerjaan dan investasi tidak berkembang menjadi risiko sosial yang lebih besar pada 2026.

Selanjutnya: Anggaran Bencana Rp 60 Triliun Cukup, Menkeu Pastikan MBG Tak Terganggu

Menarik Dibaca: Samsung Galaxy Tab A11+ Pakai Layar 11 Inci & Stylus Pen, Ada Memori hingga 2 TB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×