kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.383.000   23.000   0,97%
  • USD/IDR 16.596   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.035   -31,88   -0,40%
  • KOMPAS100 1.102   -1,40   -0,13%
  • LQ45 772   -0,33   -0,04%
  • ISSI 288   -1,15   -0,40%
  • IDX30 403   0,14   0,04%
  • IDXHIDIV20 455   -0,04   -0,01%
  • IDX80 121   -0,33   -0,27%
  • IDXV30 130   -1,02   -0,78%
  • IDXQ30 127   0,42   0,33%

Ekonomi RI Dinilai Sulit Tumbuh 6% Jika Hanya Andalkan Permintaan Domestik


Selasa, 23 September 2025 / 22:17 WIB
Diperbarui Selasa, 23 September 2025 / 22:20 WIB
Ekonomi RI Dinilai Sulit Tumbuh 6% Jika Hanya Andalkan Permintaan Domestik
ILUSTRASI. Tarif Impor Suasana bongkar muat petikemas di Jakarta International Countainer Terminal (JICT), Jakarta, Rabu (9/7/2025). Target pertumbuhan ekonomi yang disepakati dalam RAPBN 2026 yang dipatok pemerintah sebesar 5,4% dinilai realistis.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Target pertumbuhan ekonomi yang disepakati dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 yang dipatok pemerintah sebesar 5,4% dinilai realistis. 

Namun, ambisi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk mendorong pertumbuhan melampaui 6% dipandang sulit tercapai jika hanya mengandalkan permintaan domestik.

Chief Economist Bank Central Asia (BCA), David Sumual, mengatakan pertumbuhan di atas 6% secara historis hanya bisa tercapai jika investasi tumbuh dobel digit atau harga komoditas global tengah naik.

Baca Juga: Bank Indonesia Ramal Ekonomi RI 2025 Bisa Tumbuh Lebih dari 5,1%

“Kalau hanya mengandalkan domestic demand hampir tidak mungkin. Secara historis, Indonesia bisa tumbuh di atas 6% saat investasi kuat atau harga komoditas tinggi, seperti periode 2011–2014,” jelas David kepada KONTAN, Selasa (23/9/2025).

Menurutnya, untuk bisa menembus pertumbuhan di atas 6%, Indonesia perlu memperbaiki beberapa hal. Pertama, mendorong arus investasi, terutama penanaman modal asing (foreign direct investment/FDI). 

Kedua, meningkatkan efisiensi dengan menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang saat ini masih sekitar 6,2% – 6,3%. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding Vietnam atau Malaysia yang hanya sekitar 3%.

Baca Juga: Ekonomi RI Diproyeksi Tumbuh 5%, Konsumsi & Investasi Jadi Kunci Dongkrak Ekonomi

“Artinya, kita membutuhkan modal dua kali lipat untuk menghasilkan output yang sama. Jadi produktivitas harus ditingkatkan,” ujarnya.

David menambahkan, peran reformasi struktural sangat penting dalam meningkatkan kepastian hukum, mengurangi hambatan birokrasi, serta menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif. Deregulasi regulasi yang tidak relevan juga harus dipercepat.

Selain itu, kesepakatan kerja sama perdagangan dan investasi dengan Uni Eropa yang baru diteken dapat menjadi katalis untuk masuknya investasi jangka menengah.

“Uni Eropa menyumbang seperempat ekonomi global, setara dengan Amerika. Kalau kita bisa menarik komitmen investasi dari sana, itu bisa membantu akselerasi pertumbuhan,” kata David.

Baca Juga: Anomali Data Pertumbuhan Ekonomi RI

Ia mengingatkan, kontribusi investasi terhadap perekonomian Indonesia saat ini masih sekitar 30%. Jika ingin mencapai pertumbuhan di atas 6%, porsi investasi harus ditingkatkan ke sekitar 40%.

“Dulu China bisa tumbuh tinggi karena porsi investasi hampir setengah dari PDB. Indonesia harus belajar dari sana,” pungkasnya.

Selanjutnya: Balas Pengakuan Palestina, Israel Segel Pintu Perbatasan Tepi Barat–Yordania!

Menarik Dibaca: Tengok Cepat Ramalan 12 Zodiak Karier & Keuangan Besok Rabu, 24 September 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×