kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.428.000   -57.000   -2,29%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Pertemuan IMF-WB, Gubernur BI: Multilateralisme Jadi Kunci Stabilitas Ekonomi Global


Minggu, 19 Oktober 2025 / 14:24 WIB
Pertemuan IMF-WB, Gubernur BI: Multilateralisme Jadi Kunci Stabilitas Ekonomi Global
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, multilateralisme menjadi kunci untuk mendorong perekonomian global. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, multilateralisme menjadi kunci untuk mendorong perekonomian global.

Hal ini diungkapkan Perry dalam Pertemuan Tahunan International Monetary Fund dan World Bank, yang diselenggarakan pada tanggal 13-18 Oktober 2025 di Washington D.C., Amerika Serikat.

“Multilateralisme jauh lebih efektif dibanding unilateralisme dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global dan mengatasi ketidakseimbangan,” kata Perry, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/10/2025).

Baca Juga: Pertemuan IMF-World Bank, BI: Perlu Penguatan untuk Hadapi Tantangan Global

Dalam pertemuan tersebut dipaparkan, ekonomi global mulai menunjukkan ketahanan seriring menguatnya semangat multilateralisme dalam menjaga stabilitas ekonomi global. Pertumbuhan tercatat lebih baik dari perkiraan, ditopang kebijakan yang kredibel, peningkatan investasi dan perdagangan menjelang penyesuaian tarif, serta dampak ketidakpastian perdagangan yang lebih terbatas dari estimasi.

Namun, prospek ekonomi global masih dibayangi oleh risiko proteksionisme, ketimpangan pasar kerja, meluasnya peran institusi keuangan non-bank, serta ketidakpastian dampak Artificial Intelligence terhadap produktivitas. Situasi ini menegaskan pentingnya respons kebijakan internasional yang adaptif dan kolaboratif.

Dalam sambutannya, Perry menyampaikan tiga langkah kebijakan utama yang ditempuh Indonesia untuk menjaga resiliensi ekonomi sekaligus memastikan inflasi tetap dalam sasaran.

Pertama, implementasi bauran kebijakan yang selaras antara moneter, fiskal, dan stabilitas keuangan.

Kedua, reformasi struktural untuk memperkuat pertumbuhan melalui hilirisasi sumber daya alam, digitalisasi, inklusi keuangan, dan penciptaan lapangan kerja.

Ketiga, penguatan kerja sama perdagangan dan investasi, baik di kawasan ASEAN maupun dengan mitra dagang utama seperti AS, Tiongkok, Jepang, India, dan Eropa,” ungkapnya.

Baca Juga: Gubernur BI: Defisit Neraca Berjalan RI Akan Lebih Rendah dari Proyeksi IMF

Menanggapi dinamika ekonomi global, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat kerja sama multilateral dan kebijakan yang kredibel guna menjaga stabilitas ekonomi dengan mendorong kebijakan fiskal dan moneter yang berimbang, memperkuat ketahanan terhadap risiko keuangan, serta melanjutkan reformasi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.

Secara khusus, pertemuan juga menyoroti upaya memperkuat arsitektur keuangan internasional melalui reformasi lembaga keuangan multilateral (Multilateral Development Banks/MDBs) dan penanganan kerentanan utang. Pertemuan G20 ditutup dengan penyerahan Presidensi G20 dari Afrika Selatan kepada Amerika Serikat untuk tahun 2026.

Dalam pertemuan IMF, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral menyepakati agenda kebijakan global, yang berisi langkah-langkah menjaga stabilitas dan memperkuat resiliensi pertumbuhan di tengah ketidakpastian yang masih tinggi.

IMF merekomendasikan empat arah kebijakan utama. Pertama, setiap negara didorong untuk menerapkan pengelolaan keuangan negara jangka menengah yang lebih berhati-hati guna memperkuat ketahanan fiskal tanpa mengorbankan investasi dan belanja sosial.

Kedua, bank sentral perlu menjaga stabilitas harga dengan tetap menjaga independensi dan transparansi. Ketiga, kebijakan di sektor keuangan perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi risiko pasar dan keterkaitan antar lembaga keuangan.

Keempat, reformasi struktural diarahkan untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan melalui perbaikan iklim usaha, penguatan tata kelola, pemberantasan korupsi, penyederhanaan regulasi, pengembangan pasar modal, serta peningkatan kewirausahaan dan daya saing.

Selanjutnya: Putin: Rusia Tetap Pemimpin Energi Global, Eropa Merugi!

Menarik Dibaca: Perawat Jawa Tengah Kini Bisa Berkarier ke Eropa, Simak Tips dan Kesempatannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×