Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Meski tingkat pengangguran terbuka menurun, kualitas pekerjaan justru menjadi tantangan serius karena banyak pekerja berada di sektor informal dengan pendapatan tidak pasti.
Raden menyoroti penurunan tajam daya serap investasi terhadap tenaga kerja. Jika tujuh tahun lalu investasi Rp 1 triliun mampu menyerap hampir 4.000 pekerja, kini hanya sekitar 1.200 orang.
Tren digitalisasi dan otomatisasi turut memperkecil penyerapan tenaga kerja, sementara jenis investasi yang masuk semakin menuntut keterampilan tinggi.
Kondisi ini, menurutnya, paling berdampak pada Generasi Z, yang kini menyumbang porsi besar pengangguran. Karena itu, ia mengapresiasi langkah pemerintah mendorong program magang, pelatihan berbasis teknologi, serta pengembangan ekonomi digital dan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Bank Indonesia (BI) Sebut, Penguatan Literasi Jadi Kunci Pengembangan Ekonomi Syariah
“Gen Z bisa sangat produktif, tapi juga bisa destruktif kalau tidak diarahkan. Kita tidak bisa lagi bergantung pada sumber daya alam. Masa depan ada di teknologi, IT, artificial intelligence, dan bioteknologi,” ujar Raden.
Ia menekankan bahwa percepatan kebijakan menjadi kunci. Pemerintah diminta bergerak cepat dan masif agar tantangan ketenagakerjaan dan investasi tidak berkembang menjadi risiko sosial yang lebih besar pada 2026.
Selanjutnya: Anggaran Bencana Rp 60 Triliun Cukup, Menkeu Pastikan MBG Tak Terganggu
Menarik Dibaca: Samsung Galaxy Tab A11+ Pakai Layar 11 Inci & Stylus Pen, Ada Memori hingga 2 TB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













