kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerimaan negara rendah lantaran pembangunan terlalu bergantung pada BUMN


Minggu, 04 Agustus 2019 / 15:15 WIB
Penerimaan negara rendah lantaran pembangunan terlalu bergantung pada BUMN


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) menyoroti penerimaan negara yang masih rendah, terutama dari sisi penerimaan pajak. Ini tecermin dari rasio pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) di bawah 15%. 

Penilaian tersebut disampaikan dalam hasil asesmen terhadap perekonomian Indonesia melalui laporan bertajuk Article IV Consultation tahun 2019. 

Baca Juga: Ini rekomendasi IMF untuk Ditjen Pajak dalam lima tahun ke depan

Rendahnya penerimaan negara, menurut IMF, menjadi penghambat akselerasi pembangunan dan belanja pemerintah yang bersifat produktif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Tak hanya itu, penerimaan negara yang rendah juga menyebabkan pembangunan terlalu bergantung pada perusahaan milik pemerintah alias BUMN atau kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Ketergantungan ini menimbulkan risiko fiskal lantaran utang BUMN terus meningkat. 

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah menyadari hal itu dan tengah berupaya menyeimbangkan perang BUMN dan swasta dalam pembangunan nasional. 

Baca Juga: IMF soroti rendahnya kinerja penerimaan pajak Indonesia

Ia mengakui, besarnya peran BUMN selama ini dalam proyek pembangunan lantaran pemerintah ingin mengejar ketertinggalan. “Selama ini ketertinggalan Indonesia di bidang infrastruktur sudah cukup jauh. Oleh karena itu, dimulai dengan penugasan BUMN,” ujarnya. 

Namun menurut Sri Mulyani, kebutuhan pembangunan ke depan masih akan terus berlanjut. Hal tersebut membuka ruang bagi swasta untuk mengambil peran lebih besar. 

Ia juga mengakui, dominasi BUMN dalam perekonomian berdampak negatif bagi prospek investasi asing. “PMA sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kita, tapi memang biasanya investor enggan masuk kalau suatu negara terlalu didominasi oleh pemerintah dan BUMN,” ujarnya. 

Baca Juga: Kinerja keuangan emiten pengaruhi pergerakan IHSG bulan Agustus ini

Oleh karena itu, pemerintah saat ini tengah mendorong agar keseimbangan peran swasta dan BUMN bisa terealisasi. 

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani berharap, BUMN lebih banyak melakukan asset recycling yang dapat memberi ruang bagi perusahaan swasta baik lokal maupun asing untuk mengelola. 

Baca Juga: Ini tips dari IMF untuk BI dalam melanjutkan penurunan suku bunga

“Jadi proyek-proyek BUMN yang sudah selesai bisa dilepaskan, seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, bisa dilepas dengan keuntungan untuk kemudian swasta bisa masuk. Selain itu, mereka bisa dapat dana segar dan mengurangi beban utang (leverage),” tandas Rosan, Jumat (2/8) lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×