Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Pemerintah menurunkan porsi kepemilikan ritel dalam surat berharga negara (SBN) tahun depan setelah meningkatkannya pada tahun ini. Hal tersebut dilakukan agar penerbitan SBN ritel lebih efisien.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Robert Pakpahan mengatakan, tahun depan hanya akan menerbitkan dua kali SBN ritel, yaitu dengan hanya menerbitkan Obligasi Ritel (ORI) dan sukuk ritel (sukri). Sementara saving bond ritel (SBR) dan sukuk tabungan yang baru pertama kali diterbitkan tahun ini, tidak akan diterbitkan tahun depan.
Robert mengatakan, di satu sisi penerbitan SBN ritel membutuhkan biaya yang cukup besar. Namun di sisi lain, penerbitan SBN ritel juga bisa mencapai inklusi keuangan, mengingat jenis SBN inilah yang hanya bisa dibeli oleh masyarakat.
"Tapi kami menimbang cost-nya. Oleh karena itu kami tetap terbitkan ritel. Yang tidak kami lakukan hanya (penerbitan SBN ritel) yang kecil-kecil. Yang besar-besar kan ORI dan sukri," kata Robert usai acara Investor Gathering di The Westin Hotel, Jakarta, Kamis (24/11). Namun, Robert juga masih membuka kemungkinan penerbitan SBR dan sukuk tabungan di tahun berikutnya.
Robert juga mengatakan, hingga kini pihaknya belum memastikan besaran penerbitan ORI dan sukri tahun depan. Meski demikian, ia melihat kemungkinan target indikatif penerbitan tahun depan tidak berbeda jauh dengan target indikatif penerbitan di tahun ini.
"Mungkin sekitar Rp 20-Rp 20 triliun saja, (totalnya sekitar) Rp 40 triliun, kombinasi ORI dan sukri," tambahnya.
Adapun total penerbitan SBN gross tahun depan mencapai Rp 597 triliun sebagai salah satu pembiayaan untuk menutup defisit anggaran tahun depan yang ditargetkan dalam APBN 2017 sebesar Rp 330,2 triliun atau 2,41% dari produk domestik bruto (PDB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News