Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Untuk menjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, pemerintah mengaku sengaja mengurangi realisasi penyerapan belanja negara. Apalagi dalam dalam RAPBN Perubahan 2014, pemerintah menaikkan anggaran subsidi energi sebesar Rp 110,03 triliun.
Data realisasi APBN hingga April 2014 menunjukkan, realisasi belanja pemerintah pusat hanya mencapai 20,5% atau Rp 256,1 triliun dari pagu Rp 1.249,9 triliun. Dari realisasi itu belanja modal adalah pos belanja yang memiliki realisasi paling minim. Padahal pos belanja ini sangat penting untuk mendorong pembangunan.
Realisasi belanja modal pada April 2014 hanya 7% dari pagu belanja modal yang sebesar Rp 184,2 triliun. Bila dibanding realisasi dengan periode yang sama tahun lalu pun, prosentase realisasi empat bulan pertama 2014 ini lebih rendah. Pada 2013 belanja modal mencapai 9,5% atau Rp 17,5 triliun. Sedangkan realisasi belanja pemerintah pusat tahun lalu mencapai 18,7% atau sebesar Rp 215,5 triliun.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, realisasi belanja yang kecil pada empat bulan pertama ini sebagai akibat pemerintah yang perlu menjaga fiskal dengan baik. Pasalnya beban subsidi energi akan naik. "Belanja yang relatif lambat ini inline untuk jaga fiskal," ujar Chatib di Jakarta, Rabu (11/6).
Jika serapan belanjanya terlalu cepat dan di sisi lain beban belanja subsidi naik, maka imbasnya defisit anggaran bisa lebih dari target. Dengan APBN 2014, defisit anggaran dipagu 1,69% dari PDB atau sebesar Rp 175,4 triliun. Di April, defisit anggaran sebesar Rp 19,6 triliun. Pemerintah menurutnya harus menjaga defisit pada periode awal, agar ketika triwulan III dan IV ketika periode serapan biasanya naik tidak terjadi pelonjakan defisit yang besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News