kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Neraca Transaksi Berjalan Diproyeksi Menurun pada Kuartal I-2024, Ini Pemicunya


Senin, 25 Maret 2024 / 16:25 WIB
Neraca Transaksi Berjalan Diproyeksi Menurun pada Kuartal I-2024, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Surplus Perdagangan: Proses bongkar muat di terminal kontainer Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (22/11/2022). Surplus Neraca Perdagangan Makin Susut, Begini Proyeksi Transaksi Berjalan Tanah Air.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli

Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pertumbuhan ekspor cenderung melambat bahkan terkontraksi secara tahunan. Ini disebabkan tertahannya normalisasi harga komoditas karena faktor geopolitik hingga perlambatan ekonomi dunia.

“Yang menjadi tantangan adalah ketidakpastian terkait dengan ekonomi Tiongkok yang sampai saat ini masih menunjukkan pelemahan. Tiongkok merupakan mitra dagang dan tujuan ekspor utama Indonesia,” terangnya.

Di sisi impor, kata Josua, berpotensi tetap tumbuh positif secara tahunan sejalan dengan resiliensi ekonomi Indonesia. Selain itu, harga minyak terus meningkat dari akhir 2023 akibat tensi geopolitik, pembatasan produksi OPEC+, dan menurunnya inventory minyak AS.

Baca Juga: Lonjakan Nilai Impor Gerus Surplus Dagang

Menurutnya, jika pola ini terus berlanjut kemungkinan neraca dagang bisa menjadi defisit. Namun, dia melihat penurunan surplus sampai ke defisit tersebut akan memiliki pola yang bertahap.

“Kondisi ini kami prediksi akan terefleksi ke pelebaran defisit neraca transaksi berjalan di tahun ini. Namun, pelebaran defisit akan lebih bersifat manageable,” terangnya.

Josua menyebutkan, investasi portofolio pasar saham sudah tercatat net inflow di paruh pertama. Sementara untuk obligasi mencatatkan net outflow akibat dampak dari ‘higher-for-longer’ suku bunga global.

Dia bilang, untuk Foreign Direct Investment (FDI) masih ada peluang untuk mencatatkan inflow sejalan dengan memudarnya aksi ‘wait-and-see’ investor pasca pemilu.

Baca Juga: Warren Buffett Tempatkan 78% Portofolio Berkshire Hathaway di 6 Saham Unggulan Ini

“Oleh sebab itu dampkanya pada Rupiah adalah Rupiah akan cenderung sideways pada paruh pertama 2024. Lebih lanjut, Josua menambahkan, di paruh kedua dengan terbukanya ruang pemotongan suku bunga global, sentimen risk-on akan meningkat.

“Kami prediksi aliran net inflow akan meningkat pada neraca transaksi modal dan finansial yang memberikan peluang bagi Rupiah untuk menguat atau apresiasi pada paruh kedua 2024 ini,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×