Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman, menyampaikan keprihatinan atas kondisi perekonomian global yang semakin tidak menentu.
Hal ini disampaikan merespons laporan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) yang baru saja merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia melalui World Ecomomic Outlook Edisi April 2025.
"Saya ingin mengingatkan kita semua, ternyata kalau kita lihat kondisi ekonomi, khususnya di sisi global itu sedang tidak baik-baik saja," ujar Luky dalam acara Musrenbang RPJMD Tahun 2025-2029 dan RKPD Tahun 2026 Provinsi DKI Jakarta, Rabu (23/4).
Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7%
Ia menyoroti dinamika kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) yang disebutnya sebagai Trump 2.0, dengan pendekatan yang lebih tertutup (inward looking) dan berujung pada memanasnya perang dagang global (trade war).
Kebijakan yang berubah-ubah dari negara adidaya tersebut, menurut Luky, menimbulkan ketidakpastian tinggi yang berdampak luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dalam laporan IMF tersebut, pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 diproyeksikan turun dari 3,3% menjadi 2,8%. Penurunan tajam juga terjadi pada negara-negara besar seperti Amerika Serikat, yang diprediksi hanya tumbuh 1,8%.
"Itu proyeksi dari IMF yang baru saja keluar kemarin. Jadi masih fresh from the oven. Jadi intinya adalah apa yang terjadi di luar sana, di global sana itu ternyata goncangannya sangat besar," katanya.
Baca Juga: Efek Perang Dagang, IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Jadi 2,8%
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dampak dari kondisi global ini akan masuk ke perekonomian Indonesia, pertama melalui sektor keuangan.
“Kita lihat pergerakan nilai tukar, pasar saham kita, pergerakan yield SBN kita, itu langsung bergerak sangat cepat dan dinamis," imbuh Luky.
Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah transmisi ke sektor riil, yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta indikator kesejahteraan seperti kemiskinan.
"Ini yang harus diwaspadai," tegasnya.
Luky menegaskan pentingnya kewaspadaan dalam menyusun kebijakan ekonomi nasional, khususnya dalam menghadapi ketidakpastian global.
Ia juga menekankan peran penting Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai instrumen penyangga (shock absorber) yang mampu meredam guncangan ekonomi eksternal.
Sebagai informasi, IMF juga memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 dan 2026 menjadi 4,7%, dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,1%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News