Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat tajam akibat ketegangan perdagangan yang meningkat dan ketidakpastian kebijakan yang semakin tinggi.
Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025, IMF menyebut bahwa proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini turun menjadi 2,8%, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,3%.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh serangkaian tarif baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat sejak awal tahun ini, yang memuncak pada kebijakan tarif besar-besaran pada 2 April.
"Eskalasi ketegangan perdagangan yang cepat dan tingkat ketidakpastian kebijakan yang sangat tinggi diperkirakan akan berdampak signifikan pada aktivitas ekonomi global," tulis IMF dalam laporannya, Rabu (23/4).
Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Global, Tarif AS Jadi Biang Keladi
Tarif tersebut membawa tingkat tarif efektif AS ke level tertinggi dalam satu abad terakhir. Negara-negara mitra dagang utama, termasuk China, merespons dengan kebijakan balasan yang memperparah ketegangan.
Pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju diperkirakan hanya mencapai 1,4% pada 2025. Di AS, pertumbuhan diprediksi melambat menjadi 1,8%. Di kawasan euro, pertumbuhan hanya akan mencapai 0,8%.
Negara-negara berkembang juga terkena imbas, terutama mereka yang terdampak langsung oleh tarif perdagangan. Pertumbuhan di kelompok ini diproyeksikan turun menjadi 3,7% pada 2025.
Baca Juga: IMF Proyeksi Ekonomi AS Melambat Tapi Inflasi Naik Dipicu Tarif
IMF juga menyoroti berbagai risiko yang mengancam pemulihan ekonomi, termasuk potensi instabilitas keuangan global, gangguan pasar valas, tekanan utang di negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah, dan risiko sosial akibat krisis biaya hidup yang berkepanjangan.
"Ketahanan yang ditunjukkan oleh banyak negara berkembang mungkin akan diuji karena membayar tingkat utang yang tinggi menjadi lebih menantang dalam kondisi keuangan global yang tidak menguntungkan," katanya.
Selanjutnya: 48 Negara Jadi Pasien IMF di Tengah Memanasnya Perang Dagang AS-China
Menarik Dibaca: Rekomendasi 5 Film Indonesia Ini Berani Angkat Isu Sosial di Indonesia Loh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News