kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Menteri Perdagangan tolak tutup keran impor


Jumat, 28 Maret 2014 / 12:27 WIB
Menteri Perdagangan tolak tutup keran impor
ILUSTRASI. Sepanjang 10 bulan di 2022, dollar AS dan saham hasilkan cuan terbesar. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pameran produk-produk pertanian tahunan atau Agrinex Expo 8 pagi ini, Jumat (28/3/2014) dibuka oleh Menteri Perdagangan (Mendag), M Lutfi. Dalam kesempatan tersebut Lutfi menyampaikan mengenai kemungkinan Indonesia menutup keran impor.

"Tadi malam saya ditelpon Rifda (Ketua Penyelenggara) untuk membuka Agrinex. Saya tanya, saya sebagai sopir pengganti (Gita Wirjawan), saya bicara apa? Rifda bilang, komitmen Menteri Perdagangan untuk menolak impor," kata Lutfi mengawali kisahnya.

"Pagi ini saya jawab, saya tolak permintaan Rifda," kata dia lagi.

Menurut Lutfi, ketika harga komoditas pertanian naik, nilai tukar petani tidak naik. Masalahnya, konsumen produk pertanian akan memilih produk dengan keunggulan komparatif tinggi.

Di sisi lain, Lutfi menyebut, beberapa waktu lalu sejumlah petani yang tergabung dalam asosiasi meminta harga yang lebih tinggi untuk produk mereka. "Mereka bilang atas nama 2 juta petani, minta harga lebih tinggi dari Singapura, Thailand. Saya bilang, Mendag atas nama 237 juta rakyat Indonesia menolak ketika harus membayar produk dengan efisiensi turun," jelas Lutfi.

Lutfi mengatakan, efisiensi dalam pertanian adalah hal penting jika tidak ingin terbelenggu impor.

Mengenai bagaimana caranya meningkatkan efisiensi produk, Lutfi menjelaskan, salah satunya bisa dilakukan dengan membangun resi gudang. Misalnya, kata dia, ketika panen raya cabe rawit, petani biasanya ingin hasil pertanian mereka dapat terjual secepatnya sebelum busuk.

Maka dalam hal ini Kementerian Perdagangan berperan menyediakan resi gudang untuk menyerap dan menyimpannya di cold storage. Dengan tidak adanya cabe rawit yang terbuang, artinya efisiensi meningkat. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×