kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   6.000   0,39%
  • USD/IDR 16.211   -78,00   -0,48%
  • IDX 7.076   -6,88   -0,10%
  • KOMPAS100 1.049   -1,52   -0,14%
  • LQ45 822   1,51   0,18%
  • ISSI 211   -1,32   -0,62%
  • IDX30 422   2,22   0,53%
  • IDXHIDIV20 504   3,37   0,67%
  • IDX80 120   -0,10   -0,09%
  • IDXV30 124   -1,25   -1,00%
  • IDXQ30 140   0,82   0,59%

Manufaktur Indonesia Kembali Ekspansif, Pengusaha Siap Hadapi Lonjakan Permintaan


Jumat, 03 Januari 2025 / 15:15 WIB
Manufaktur Indonesia Kembali Ekspansif, Pengusaha Siap Hadapi Lonjakan Permintaan
ILUSTRASI. Pengunjung mengamati mesin industri kertas pada pameran Indonesia Industrial Machinery And Electronic Products Exhibition 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (22/8/2024). Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2024 berhasil rebound dan kembali mencatatkan level ekspansif di 51,2.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2025, kinerja perekonomian Indonesia terus menghadirkan optimisme.

Hal itu terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2024 yang berhasil rebound dan kembali mencatatkan level ekspansif di angka 51,2, setelah sebelumnya sempat berada di level kontraktif.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa peningkatan tersebut didorong kenaikan pesanan baru, baik domestik maupun ekspor, serta peningkatan aktivitas pembelian bahan baku oleh perusahaan.

Baca Juga: PMI Manufaktur Membaik, Kemenkeu Optimistis Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5%

Selain itu, tingkat inflasi Indonesia bulan Desember 2024 tetap terkendali dalam rentang target sasaran nasional 2,5%±1%. Inflasi Desember 2024 tercatat sebesar 1,57% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi Desember 2023 (2,61%). 

Menurutnya, inflasi yang terkendali dan PMI yang ekspansif menunjukkan dunia usaha tetap optimistis dengan kondisi perekonomian nasional ke depan. 

Hal ini juga tercermin dari outlook World Bank bulan Desember 2024 yang memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,1% pada tahun 2024 dan 5,2% pada tahun 2025.

“Kondisi ini sekaligus mencerminkan prospek positif sektor manufaktur, dengan banyak perusahaan yang bersiap menghadapi peningkatan permintaan di tahun 2025,” ujar Airlangga dalam keterangan resminya, Kamis (2/1).

Baca Juga: Ekonomi RI Diramal Tumbuh 5% di 2025, Ini Sektor yang Bisa Jadi Andalan

Lebih lanjut, pemerintah terus berupaya meningkatkan sektor manufaktur nasional melalui penggunaan bahan baku lokal, pemberian insentif, perlindungan industri dalam negeri, dan kerja sama ekonomi di tingkat internasional. 

Pemerintah mendorong penggunaan bahan baku lokal dibanding impor bagi yang telah tersedia di dalam negeri untuk mengurangi beban biaya produksi akibat melemahnya nilai tukar Rupiah. 

Hal ini dilakukan antara lain melalui akselerasi hilirisasi industri berbasis sumber daya alam.

Sementara itu, pemberian insentif fiskal, kemudahan perizinan, peningkatan kualitas SDM, serta penguatan riset dan inovasi merupakan upaya lebih lanjut dari pemerintah untuk mendorong industri nasional.

Baca Juga: PPN Akan Dinaikkan Jadi 12%, Apa Kabar UMP 2025?

Pemerintah juga telah memberikan insentif PPN DTP untuk sektor otomotif dan menyediakan pembiayaan Industri Padat Karya di antaranya sektor pakaian jadi, tekstil, furnitur, kulit, barang dari kulit, alas kaki, mainan anak, serta makanan dan minuman untuk revitalisasi mesin guna meningkatkan produktivitas, dengan skema subsidi bunga.

Lebih jauh, pemerintah terus berupaya memberikan akses pasar yang lebih baik bagi produk ekspor nasional melalui berbagai kerja sama perdagangan. 

Airlangga juga mengatakan, pemerintah saat ini tengah berupaya untuk bergabung di kesepakatan CP-TPP dan mempercepat perundingan Indonesia-EU CEPA untuk meningkatkan penetrasi produk ekspor nasional di Amerika Latin dan Uni Eropa.

“Pemerintah juga mengakselerasi penerapan kebijakan perlindungan industri dalam negeri dari banjirnya produk impor melalui safeguards dan praktik impor yang tidak fair (dumping) melalui Anti Dumping,” katanya.

Baca Juga: Dua Sektor Ini Berpotensi Terbebani Kenaikan PPN 12% pada Tahun 2025

Namun demikian, sejumlah tantangan masih tetap muncul. Kenaikan harga komoditas global seperti emas, kopi, dan minyak sawit mentah (CPO) terus memberikan tekanan pada biaya produksi dalam negeri. 

Fluktuasi harga minyak mentah global dan penguatan nilai tukar dolar AS juga menyebabkan kenaikan harga impor bahan baku.

Selanjutnya: Pinjaman Buy Now Paylater Melonjak Menjadi Rp 33,84 Triliun per Oktober 2024

Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamidi Terbaru Periode 2-5 Januari 2025, Cek di Sini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×