Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menyatakan bahwa penurunan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur serta penurunan kelas menengah dapat menimbulkan dampak sosial yang serius.
Tauhid menjelaskan bahwa penurunan kinerja industri, yang tercermin dalam PMI Manufaktur, dapat berujung pada efisiensi industri seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), merumahkan pekerja, atau penyesuaian jam kerja.
Baca Juga: PMI Manufaktur Anjlok, Pemerintah Beri Perhatian Khusus ke Industri TPT dan Alas Kaki
"Kami khawatir, jika lapangan pekerjaan baru tidak cepat tercipta, kondisi ini akan memicu masalah sosial. Misalnya, kesulitan mendapatkan pekerjaan dapat meningkatkan kriminalitas dan mengganggu kohesi sosial masyarakat. Hal ini bisa terjadi jika penciptaan lapangan kerja baru berjalan lambat," jelas Tauhid saat dihubungi oleh Kontan.co.id, Minggu (8/9).
Data PMI Manufaktur Agustus 2024 menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yang menggambarkan adanya kontraksi aktivitas industri di Indonesia.
PMI Manufaktur Indonesia tercatat turun menjadi 48,9 pada Agustus 2024, setelah sebelumnya berada di angka 49,3 pada Juli.
Ini berarti Indonesia telah mengalami kontraksi manufaktur selama dua bulan berturut-turut. S&P Global juga mencatat bahwa PMI terus memburuk selama lima bulan terakhir, turun dari 54,2 pada Maret 2024 hingga mencapai level terendah pada Agustus.
Baca Juga: Indeks PMI Turun, API Sebut Industri Manufaktur Tidak Baik-Baik Saja
Tauhid menekankan bahwa pemerintah perlu segera memanfaatkan jaringan pengaman sosial, seperti bantuan sosial, untuk meredam dampak ekonomi dan sosial yang lebih buruk. "
Ini harus dilakukan, meskipun secara terpaksa, karena kondisi di lapangan sudah sangat sulit," tambahnya.
Lebih lanjut, Tauhid menyarankan pemerintah untuk membantu industri manufaktur, terutama dalam menyelesaikan masalah utang-utang mereka.
"Dengan adanya bantuan, industri manufaktur tidak akan terbebani oleh tekanan pembiayaan kredit dan masalah keuangan lainnya," jelasnya.
Solusi penting lainnya, menurut Tauhid, adalah bagaimana pemerintah dapat membantu industri manufaktur untuk memperoleh porsi lebih besar di pasar.
Baca Juga: Indeks PMI Turun, Gaikindo Harapkan Relaksasi PPnBM Diberlakukan Kembali
Salah satu langkah yang dapat diambil adalah mengurangi atau menghilangkan ketergantungan pada alat-alat impor.
"Pemerintah harus membantu industri lokal dengan cara mengurangi alat-alat impor, sehingga sektor manufaktur dapat tumbuh dan berkembang lebih baik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News