kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.829   1,00   0,01%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Kondisi Ekonomi Indonesia Dinilai Tidak Baik-Baik Saja, Cermati Indikatornya


Senin, 03 Maret 2025 / 09:47 WIB
Kondisi Ekonomi Indonesia Dinilai Tidak Baik-Baik Saja, Cermati Indikatornya
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja menyebrang di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (16/4/2024). Maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga awal tahun 2025 ini, membuktikan industri di tanah air dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA.  Maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sejak awal 2025 menjadi indikator bahwa kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Gelombang PHK ini bahkan diprediksi akan terus berlanjut di masa mendatang.

Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai bahwa tingginya angka PHK menandakan perekonomian nasional berada dalam kondisi lampu kuning.

Industri dalam negeri saat ini menghadapi tekanan berat akibat faktor global dan domestik yang kurang menguntungkan.

Baca Juga: PHK Kian Marak, Ekonom Sebut Kondisi Perekonomian Indonesia Tidak Baik-Baik Saja

Salah satu sektor yang paling terdampak adalah industri tekstil. Permintaan dari dua pasar utama, yakni China dan Amerika Serikat, mengalami penurunan drastis dalam dua tahun terakhir. Kondisi ini membuat produksi tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri harus disesuaikan dengan lemahnya permintaan ekspor.

Selain itu, industri dalam negeri semakin tertekan oleh masuknya produk impor, terutama dari China. 

Kebijakan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 8/2024 yang mempermudah arus barang impor semakin memperburuk situasi. 

Produk China yang lebih murah lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan produk lokal. Bahkan, dugaan masuknya barang impor secara ilegal semakin menambah tekanan bagi industri domestik.

Baca Juga: Kondisi Ekonomi 2025 Diluar Prediksi, DPR Minta Pemerintah Batalkan PPN 12%

Huda memperingatkan bahwa potensi bertambahnya PHK masih sangat terbuka, mengingat indeks manufaktur atau Purchasing Managers’ Index (PMI) masih belum menunjukkan perbaikan.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai tidak berkualitas. Dulu, setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1% mampu menyerap lebih dari 400 ribu tenaga kerja, tetapi saat ini hanya mampu menyerap sekitar 100 ribu tenaga kerja. 

Hal ini berisiko memperparah tingkat kemiskinan dan ketimpangan dalam jangka menengah dan panjang.

Kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga terus menurun. Saat ini, proporsinya hanya sekitar 18%, jauh lebih rendah dibandingkan satu dekade lalu yang sempat menyentuh lebih dari 20%.

Baca Juga: Ekonom: Modus Manipulasi Data Inflasi akan Memperburuk Kondisi Ekonomi

Lebih lanjut, serbuan barang impor semakin memperlemah industri dalam negeri di tengah permintaan yang belum pulih. 

Jika kondisi ini berlanjut dalam satu hingga dua tahun ke depan, gelombang PHK diprediksi akan semakin besar, yang berpotensi memperburuk kondisi ekonomi nasional.

Selanjutnya: Industri Gelas Kaca Harap Kebijakan HGBT Terbaru Diterapkan Secara Penuh

Menarik Dibaca: Berikut Bunga Deposito Terbesar Bank CIMB Niaga di Maret 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×