Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pratama tidak memungkiri jika tidak ada sistem keamanan yang bisa 100 persen melindungi sistem yang dijaganya.
"Perkembangan serangan siber juga semakin canggih dan banyak perubahan variasi malware yang beredar sehingga hal ini juga menyulitkan untuk dideteksi," ujar dia.
Selain itu, ia mengungkapkan banyak peretas yang sengaja bekerja mencari celah kerentanan sistem suatu organisasi untuk melakukan serangan.
"Namun, tentu saja kebocoran data tetap dapat dicegah," tegasnya.
Berikut beberapa cara yang menurut Pratama perlu dilakukan pemerintah maupun lembaga atau organisasi di Indonesia untuk mencegah kebobolan data.
Baca Juga: BFI Terkena Serangan Siber, Pengamat: Perlu Lakukan Pemeriksaan Menyeluruh
1. Pemahaman manusia
Pratama menekankan agar setiap pegawai atau karyawan mendapatkan edukasi tentang keamanan data. Ini karena kelalaian terhadap aspek keamanan siber menyebabkan serangan.
"Pelatihan karyawan terhadap aspek keamanan siber juga menjadi titik kritis terhadap keamanan siber suatu organisasi," kata dia.
Ini karena tak jarang serangan siber awal dari peretasan perangkat elektronik atau penipuan kepada karyawan.
2. Rutin periksa sistem keamanan
Ia menyebutkan, setiap organisasi perlu melakukan pemeriksaan sistem secara rutin agar dapat segera melakukan pemulihan jika terjadi masalah.
Hal yang tidak kalah penting, baginya, adalah melakukan penilaian terhadap kerawanan serta celah keamanan siber dari sistem yang dimiliki secara berkala.
Baca Juga: Kasus Peretasan Data Bank Syariah Indonesia (BSI), Bareskrim Masuk Penyelidikan